TEMPO.CO, Jakarta - Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang dipimpin Aman Abdurrahman, diduga terlibat dalam pengiriman sejumlah kombatan dari Indonesia ke Filipina, dan belakangan terlibat dalam teror di Marawi. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT Suhardi Alius, memastikan WNI yang bergabung dengan milisi Maute dan kelompok Abu Sayyaf dalam penyerangan Kota Marawi, Filipina, berasal dari jaringan JAD ini.
Menurut Suhardi Alius dan data yang dimiliki BNPT, JAD memiliki kesamaan paham dan tujuan dengan kelompok radikal di Filipina Selatan, Maute di Marawi, yaitu mendirikan dan berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok pendukung ISIS di Indonesia ini termasuk jaringan teroris yang masih aktif dalam melakukan serangan di dalam negeri.
Baca juga:
BNPT: Kombatan Indonesia di Marawi Anggota JAD
Kelompok yang dulunya bernama Jamaah Ansharut Khilafah Daulah Nusantara didirikan sekitar Maret 2015 ini dipimpin terpidana kasus terorisme, Aman Abdurrahman alias Oman, yang mendekam di lembaga pemasyarakatan Nusakambangan, Jawa Tengah. Jaringan ini memliki anggota dari berbagai kelompok teror, seperti Jamaah Islamiyah, Al-Muhajirun, Mujahidin Indonesia Timur, dan Mujahidin Indonesia Barat, yang berbaiat kepada ISIS.
Sejak Oktober 2015, Aman menginstruksikan pelatihan perang sebelum melakukan serangan teror. Sasaran serangan teror jaringan JAD adalah kepolisian, aparat negara, perwakilan negara Barat, dan kelompok agama lain.
Baca pula:
Densus Bekuk Motivator Jaringan JAD di Bandung
Keterlibatan JAD dalam konflik di Marawi, Filipina Selatan menjadi satu rangkaian aksi teror JAD sejak aksi bom Thamrin pada awal Januari 2016, yang menewaskan pelaku bom bunuh diri antara lain Sunakim alias Afif dan Ahmad Muazan alias Azan serta puluhan orang ditangkap polisi karena terlibat dan mengetahu rencana teror tersebut.
Teror lain yang didalangi JAD yang terdata kemudian adalah aksi peledakan bom Markas Polres Solo (Juli 2016), penusukan polisi di Tangerang (Oktober 2016), bom panci di Bekasi yang dapat digagalkan kepolisian pada Desember 2016.
Silakan baca:
Polisi: Pelaku Bom Kampung Melayu dan Kelompok JAD Hindari Ponsel
Pagi, 27 Februari 2017, Yayat Cahdiyat meledakkan bom panci di Taman Pandawa, Cicendo Bandung. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Anton Charliyan mengatakan, pelaku bom panci yang dilumpuhkan di Kantor Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung diduga terkait dengan jaringan teroris. "Minta pembebasan para pelaku yang ada di Densus (Markas Brimob Kelapa Dua, Depok), kemungkinan pelaku ini merupakan jaringan lama," kata Anton di Bandung, Senin, 27 Februari 2017. Yayat kemudian tewas ditembak polisi.
Dan, aksi teror lain yang diduga didalangi JAD adalah bom Kampung Melayu, belum lama ini, tepatnya pada 24 Mei 2017. Ichwan Nur Salam dan Ahmad Sukri, pelaku peledakan dua bom tersebut menyasar pada polisi yang sedang mengamankan pawai obor menjelang Ramadan. Kedua pelaku tewas, meledakkan diri dengan bom panci yang dibawanya.
“Kami memonitor kelompok itu (JAD),” kata Kepala BNPT Suhardi Alius saat dihubungi Tempo, Rabu, 7 Juni 2017, terkait tujuh WNI yang masuk DPO kepolisian Filipina terlibat perang di Marawi.
EVAN PDAT l FRANSISCO I S. DIAN ANDRYANTO