TEMPO.CO, Poso - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto mengatakan, pergerakan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur saat ini berubah. Hal tersebut diungkapkan Hari terkait tewasnya dua terduga teroris dalam baku tembak di pegunungan Poso, Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Senin lalu.
“Dulunya mereka bergerak untuk mengganggu masyarakat dan menyerang aparat, kini cenderung bergerak saja,” ujar Hari kepada Tempo saat dihubungi, Selasa 6 Mei 2017.
Baca juga: Kontak Tembak di Poso, Polres Benarkan 2 Terduga Teroris Tewas
Hari mengatakan, perubahan strategis dan taktik yang mereka lakukan saat ini agar bisa untuk bertahan hidup. Sebelumnya mereka gencar menyerang petugas di lapangan dan mengganggu masyarakat. “Mereka saat ini memilih bergerak saja, daripada melakukan cara sebelumnya,” ungkap Hari.
Hari mengatakan, hingga saat ini perburuan terhadap sisa Kelompok Mujahidin Indonesia Timur ini masih terus dilakukan. “Selama masih ada mereka, operasi tetap kita lakukan terus,” katanya.
Baca juga:
Menurut Hari, operasi ini dijadwalkan untuk diperpanjang 90 hari sampai dengan 3 Juni 2017. Hari menyebutkan, kekuatan sisa kelompok Mujahidin Indonesia Timur saat ini sudah melemah. “Jika dilihat dari situasinya, beberapa kali pihak asing maupun orang luar lainnya yang mau bergabung ke kelompok tersebut di Poso itu tidak dapat lagi karena kita tangkal. Dan terbukti saat ini mereka susah masuk,” katanya.
Selain itu, kontak hubungan antara kelompok Mujahidin Indonesia Timur dengan kurir pun minim. “Inipun terbukti, karena tidak ada lagi laporan-laporan untuk itu. Kelompok ini sudah melemah, dan tidak pernah lagi mengganggu masyarakat petani, baik itu pencari damar maupun lainnya di wilayah Poso,” ujarnya.
Namun, menurut Hari, secara organisasinal kelompok ini masih mengancam. Sebab Mujahidin Indonesia Timur merupakan bagian dari Mujahidin Indonesia Barat. “Potensinya kalau internasional, itu garisnya ke Filipina. Contohnya saja mereka pernah dibaiat,” katanya.
Berdasarkan catatan kepolisian, sembilan anggota kelompok Santoso yang tersisa bersembunyi di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka adalah Ali Ahmad alias Ali Kalora, Firdaus alias Daus alias Barok Rangga, Kholid, Askar alias Jaid, Basir, Abu Alim, Qatar alias Farel, Moh. Faizal, dan Nae alias Galuh.
AMAR BURASE