TEMPO.CO, Denpasar - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan manajemen hotel di Pulau Dewata untuk tidak menjual paket wisata Nyepi kepada para wisatawan terkait dengan hari suci yang jatuh pada 28 Maret 2017 itu.
"Nyepi itu hari raya yang sakral, sebaiknya jangan dijual-juallah. Saya lihat PHDI juga sudah mengingatkan. Ini bukan jualan, ini hari raya yang sakral. Oleh karena itu, apa pun, semangat menjual itu mestinya enggak boleh," kata Pastika di sela pelaksanaan Musrenbang RKPD Provinsi Bali 2018, di Denpasar, Selasa, 21 Maret 2017.
Menurut Pastika, pihak hotel seharusnya menyesuaikan, dengan turut mematikan lampu atau menggunakan penerangan minimum, bukan justru membuat ingar bingar dengan menghidupkan musik.
"Tetapi kalau bisa rayakan dengan yang seperti kita merayakan. Jangan di hotel malah pesta-pesta, itu tidak boleh. Jadi, saya harapkan hotel-hotel juga menyesuaikan, minimum suara, minimum lampu, beri tahulah sama tamunya. Saya yakin mereka menghargai," ujar Pastika.
Gubernur sangat tidak setuju kalau manajemen hotel mencari keuntungan dengan menjual paket Nyepi karena masih banyak alternatif "jualan" lainnya yang bisa dilakukan setelah Nyepi berlalu.
Selain itu, dia pun mengaku tidak setuju kalau ada umat Hindu Bali justru merayakan Nyepi dengan berlibur di hotel. "Siapa yang menghormati kita kalau bukan kita sendiri," ucapnya.
Orang nomor satu di Bali itu menambahkan, jika sampai ada pihak hotel yang melanggar imbauan tersebut agar pecalang (petugas pengamanan adat) di seputaran hotel dapat melakukan teguran langsung. "Jangan terus bangga malah diajak keliling-keliling tamunya, itu juga salah," katanya.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan dalam Nyepi tahun ini PHDI akan menerapkan pengawasan yang lebih ketat.
Apabila ada hotel yang diketahui menyajikan paket Nyepi, pihak manajemen hotel yang bersangkutan akan dipanggil dan disidangkan. Dengan demikian, nanti pihak pemerintah bisa menjatuhkan sanksi yang sesuai dengan ketentuan.
"Imbauan kami ini sudah sejak tiga tahun lalu. Kami juga sudah punya mata-mata di setiap hotel, kami libatkan juga orang-orang hotelnya sendiri. Nanti, akan kami minta untuk kirimkan informasi dan kirimkan foto-fotonya. Kalau kedapatan, akan kami panggil manajer hotelnya dan manajemennya dan kita sidangkan, apa maksudnya mereka melakukan itu," ujar Sudiana.