TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah Kota Semarang menggencarkan pendataan ulang penduduk miskin. Pasalnya, Sutikah, 66 tahun, warga RT 4?RW 3, Kelurahan Genuksari, ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Pemerintah kaget, Sutikah ternyata tak masuk di dalam data mereka.
Sutikah ditemukan dalam kondisi memprihatinkan bersama Anisa, cicitnya yang berusia lima tahun, saat rumahnya yang terendam air rob beberapa hari lalu. Gubuknya itu terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. Setelah didata, ia ternyata tak mendapatkan fasilitas sebagai penduduk miskin dalam bentuk bantuan beras dan alokasi jaminan sosial lain.
“Kami minta Dinas Sosial dan instansi terkait mendata ulang. Yang menjadi masalah saat ini selalu data lama yang keluar,” kata Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Selasa petang, 18 Oktober 2016. Hevearita saat itu tengah menemui Sutikah yang diungsikan sementara di balai PKK kelurahan setempat.
Hevearita menegaskan segera mendata ulang warga miskin agar hak warga tak mampu seperti yang dialami Sutikah terpenuhi. “Miskin sandang-pangan-papan dan pendidikan ngumpul semua,” Hevearita menambahkan.
Usai menemui warganya itu, Wakil Wali Kota meminta lurah, RT dan RW melakukan pendataan ulang warga miskin yang kemungkinan ada yang meleset. Ia menegaskan warga miskin yang belum tercatat harus di ketahui camat untuk dimasukkan ke Dinas Sosial. “Dinas Sosial juga harus turun mengecek agar tak terulang lagi,” katanya.
Dari pantauan Tempo, Sutikah mulai kesulitan berjalan. Ia dikabarkan bertahan hidup di rumahnya yang tergenang rob sejak lama. di rumah itu ia ditemani Alipah, 54 tahun, istri cucunya, dan Anisa, sang cicit.
Ketiga perempuan itu tinggal dalam kondisi miskin. Kondisi itu diperparah dengan hubungan keluarga yang tak harmonis. Hanya Alipah yang menemani Sutikah. Suaminya, Daryanto, sudah lama pergi tanpa alasan yang tak jelas.
Perempuan yang bekerja serabutan itu mengaku hampir 30 tahun mengalami nasib dalam lingkaran kemiskinan. “Kami pasrah dengan semuanya,” kata Alipah.
Ketua RW tempat tinggal Sutikah, Muryanto, menyatakan setiap tahun selalu ada program pendataan. Namun yang jadi masalah, katanya, selalu data lama yang dikeluarkan. “Setiap tahun data ulang, yang jadi masalah data dari BPS yang menjadi acuan mengeluarkan bantuan,” kata Muryanto.
Ia menilai data yang dikirim ke kelurahan sulit terverifikasi dengan data nama warga miskin yang yang seharusnya dapat bantuan pemerintah. “RW mengajukan setiap tahun. Mbah Sutikah masuk terus, tapi tidak lolos terdaftar di pemkot,” katanya.
EDI FAISOL