TEMPO.CO, Jakarta - Front Pembela Islam menghadiri Simposium Nasional "Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan dan PKI dan Ideologi Lain" di Balai Kartini, Jakarta, Rabu, 1 Juni 2016. Imam Besar FPI Habieb Rizieq Shihab menyatakan keikutsertaan dalam Simposium bukan sekadar ikut-ikutan.
Rizieq menyatakan FPI punya sikap terhadap Islam dan Pancasila, Islam sebagai agama, dan Pancasila sebagai dasar negara. "Islam adalah akidah, Pancasila adalah ideologi. Akidah dari sumber ilahi dan Ideologi datang dari ide manusia," katanya.
Baca: Ribut PKI, Presiden Sukarno: Pancasila Itu Kiri!
Menurut Rizieq, apabila Pancasila tidak bertentangan dengan akidah Islam, tidak ada alasan menolak Pancasila. Ia menilai Pancasila sebagai ideologi yang mengakui ketuhanan yang Maha Esa. "Pancasila tidak bertentangan dengan Islam dan harus diasuh," katanya.
Ia menyarankan agar Pancasila tidak disalahtafsirkan. "Dari sini, saya tidak sepakat kalau Pancasila itu pilar negara. Pancasila adalah dasar negara," ujar Rizieq.
Rizieq mengatakan tak boleh ada ideologi lain selain Pancasila di Indonesia. Seperti pembunuhan, terorisme, dan korupsi, kata Riziek, sangat bertentangan dengan nilai luhur Pancasila. "Pancasila sudah pas dengan Indonesia sehingga harus dijaga," tuturnya.
Simposium yang dinilai sebagai simposium tandingan dari simposium serupa pada April 2016 ini akan diselenggarakan selama dua hari. Pada hari pertama, simposium akan membahas aspek ideologi PKI dengan judul “Partai Komunis Indonesia dari Aspek Ideologi”. Pembicaranya adalah Letnan Jenderal Sayidiman Soerjohadipuro, Habieb Riziek, dan Sri Edi Warsono.
Selain itu, dari aspek kesejarahan, simposium ini membahas tema besar “Partai Komunis Indonesia dalam Aspek Sejarah”. Beberapa pembicara yang mengisi sesi ini adalah Letnan Jenderal Sintong Panjaitan, Ahmad Mansyur Suryanegara, dan Aminuddin Kasdi.
ARKHELAUS W.