TEMPO.CO, Pekanbaru - Bencana banjir yang melanda 14 kecamatan di Kabupaten Kampar berangsur surut. Namun empat desa masih terisolasi. Tiga ribu jiwa terancam krisis pangan. "Sebanyak 95 persen daerah yang terendam banjir sudah kering," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kampar, Santoso, Kamis, 18 Februari 2016.
Santoso mengatakan aktivitas warga di Kampar mulai normal. Namun sejumlah infrastruktur jalan penghubung antar-desa kebanyakan mengalami kerusakan, meski sudah dapat dilalui. "Terakhir, kami berikan bantuan paket sembako per kepala keluarga untuk 17 ribu korban banjir," ucapnya.
Meski demikian, Santoso menambahkan, terdapat empat desa lagi yang masih terisolasi di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. "Jalan menuju desa sangat sulit ditempuh," ujar Santoso. Adapun empat desa tersebut adalah Lubuk Bigau, Tanjung Permai, Pangkalan Kapas, dan Kebun Tinggi.
Menurut Santoso, keempat desa merupakan daerah pertama yang dilanda longsor dan banjir bandang tiga bulan lalu. Terakhir, pemerintah daerah menyalurkan bantuan 6 ton beras dan paket sembako menggunakan helikopter pada akhir Desember 2015.
Santoso mengaku telah mendapat laporan bahwa warga kini sudah kesulitan pangan. Terlebih hasil kebun karet warga tidak bisa dijual karena akses jalan yang terputus.
Menurut Santoso, petugas BPBD Kampar semula berencana mengantar bantuan pada awal Februari 2016. Namun, di luar dugaan, Kampar kembali dilanda banjir setelah sempat surut sepekan. Sebanyak 14 kecamatan kembali direndam luapan arus sungai Kampar. "Pada waktu yang sama, Kampar kembali dilanda banjir," tuturnya.
Santoso mengaku telah menyiapkan 7 ton beras dan 1.500 paket sembako untuk empat desa itu. Namun akses jalan yang tidak dapat ditempuh akibat longsor dan banjir bandang beberapa waktu lalu membuat rencana pengiriman sembako Sabtu pekan lalu tertunda. Pihaknya masih menunggu kepastian Pemerintah Provinsi Riau untuk meminjam helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. "Bantuan akan disalurkan menggunakan helikopter," katanya.
RIYAN NOFITRA