TEMPO.CO, Tulungagung – Sekitar 139 hektare tanaman padi di Kabupaten Tulungagung rusak parah karena terendam banjir. Padi-padi tersebut mustahil bisa dipanen karena kondisinya telah membusuk. “Rata-rata usia tanam baru dua bulan,” kata Ma'ruf, seorang petani di Kecamatan Gondang, Kamis, 18 Februari 2016.
Menurut Ma’ruf kerugian yang diderita petani tak terhitung. Namun pemerintah daerah hanya menjanjikan penggantian benih yang nilainya masih jauh di bawah modal petani saat menanam. Ma’ruf berharap pemerintah bisa menanggulangi bencana banjir agar tak terulang setiap musim penghujan.
Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung mencatat sedikitnya 139 hektare lahan pertanian padi rusak parah alias puso. Rendaman air selama lima hari membuat batang padi membusuk.
“Tak ada yang bisa dipanen,” kata Koordinator Pengendali Organisme Penggaganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung Gatot Rahayu.
Gatot menambahkan banjir melanda persawahan di delapan kecamatan Kecamatan Campurdarat dengan luas lahan 116 hektare, Kalidawir seluas 209 hektare, Boyolangu seluas 274 hektare, Ngunut seluas 15 hektare, Rejotangan seluas 95 hektare, Gondang seluas 112 hektare, Pakel seluas 5 hektare, dan Karangrejo seluas 15 hektare.
Dari jumlah tersebut seluas 139 hektare tanaman padi yang tak bisa dipanen sama sekali. Adapun sisanya masih bisa diselamatkan meski mengalami kerusakan cukup parah.
Pemerintah Tulungagung sendiri hanya bisa memberikan ganti rugi benih kepada petani agar bisa menanam kembali. Rencananya Dinas Pertanian akan menggelontorkan 3.475 kilogram benih padi dengan alokasi 25 kilogram per hektar.
HARI TRI WASONO