TEMPO.CO, Changi - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim Indonesia tak akan perang dengan negara lain dalam kurun waktu yang panjang. Hal ini menjadi alibi mantan kepala staf angkatan darat tersebut tak akan melakukan peremajaan terhadap semua alutsista TNI, terutama pesawat-pesawat tempur uzur. Desakan peremajaan mulai mencuat setelah sejumlah pesawat TNI Angkatan Udara jatuh.
"Mau perang dengan siapa?" kata Ryamizard dalam acara Singapore Airshow, 16 Februari 2016. "Sudah cukup."
Ryamizard mengklaim seluruh peremajaan yang dilakukan Kementerian Pertahanan dan TNI sesuai dengan kebutuhan. Hingga saat ini, menurut dia, pemerintah baru merasa perlu mengganti 12 pesawat Northrop F-5E Tiger II dengan sekitar 10 unit pesawat Sukhoi Su-35. Peremajaan ini dilakukan di Skuadron Udara 14 Tempur Lanud Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur.
Ia juga berdalih pembelian dan peremajaan alutsista hanya menyesuaikan jenis ancaman yang bakal dialami Indonesia beberapa tahun mendatang. Ia menilai lawan satu-satunya terhadap keamanan negara hanya kelompok teroris. Penangkalan ancaman tersebut tak bisa dijawab dengan peremajaan alutsista TNI yang orientasinya pada penjagaan teritori dan kedaulatan negara.
Ryamizard juga enggan memaparkan alasan pemerintah membeli Sukhoi Su-35 dibandingkan dua kompetitor lainnya, yaitu F-35 Lightning II dan SAAB Gripen. "Jangan sampai ibaratnya ancaman ke arah kiri, malah beli alutsista ke arah kanan," katanya.
Selain F-5E Tiger, armada tempur TNI AU memiliki pesawat tempur jenis Sukhoi Su-30, Sukhoi Su-27, Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon, Embraer Super Tucano EMB 314, T-50 Golden Eagle, dan BAE Hawk 209. Pemerintah juga sudah mengantongi kontrak pengadaan pesawat tempur multiperan dalam proyek pesawat IF-X dengan Korea Selatan.
FRANSISCO ROSARIANS