TEMPO.CO, Bojonegoro - Sebanyak 11 bekas anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dipulangkan dari tempat penampungan di Surabaya ke Kabupaten Bojonegoro pada Senin dinihari, 25 Januari 2016. Setiba di Bojonegoro, mereka diinapkan di Griya Dharma Kusuma, hotel terpandang milik pemerintah daerah setempat.
Setelah beristirahat selama sekitar empat jam, mereka mendapat wejangan dari pengurus Majelis Ulama Indonesia Bojonegoro serta Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol Linmas). Selain mendapat santapan rohani, kondisi kesehatan mereka diperiksa.
Sebelas anggota Gafatar asal Bojonegoro itu ialah Sari Botno, 33 tahun, Iksan (37), Sujarno (34), Mariyatun (30), Nurul Fatmala (8), Axel Raihan Diandra Putra (20 hari), Matrais (54), Sri Ayomi (54), Robert Ari Wibowo (21), Teresia Intan Devita Dewi (15), dan Takirada Karinda Zizah Damara (7).
Setelah mendapat nasihat dan sarapan, 11 orang itu langsung dipulangkan ke rumah masing-masing. Kepulangan mereka dikawal aparat Kepolisian Resor Bojonegoro.
Matrais mengatakan terpaksa pulang ke rumah saudaranya di Desa Sumurgung, Kecamatan Sumberejo, karena telanjur menjual tanah dan harta bendanya buat bekal pergi ke Mempawah, Kalimantan Barat. “Ya, rumah dan tanah sudah saya jual,” ujarnya.
Matrais mengaku akan memulai hidup baru dengan menjual jamu tradisional. Ia optimistis usahanya bisa berjalan karena dipasarkan secara online. "Dengan cara seperti itu, mudah-mudahan ada penghasilan," ucapnya.
Pemerintah Bojonegoro sendiri memberikan santunan berupa paket bahan kebutuhan pokok dan uang Rp 5 juta untuk tiap keluarga dan Rp 2,5 juta untuk perorangan. Selain itu, akan ada program “bedah rumah” bagi eks anggota Gafatar yang telanjur tidak punya apa-apa. ”Mereka kami perhatikan,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Pemerintah Bojonegoro Adi Witjaksono.
SUJATMIKO