TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah murka dengan desakan dari internal Partai Keadilan Sejahtera agar mengundurkan diri. Dia juga kecewa dengan panggilan Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) PKS pada Senin lalu.
"Masak, saya doang yang dipanggil. Dia juga dipanggil dong," kata Fahri di Jakarta, Selasa, 12 November 2016. Dia heran mengapa pihak yang melaporkannya tidak dipanggil BPDO. Dia akan melaporkan balik Tifatul Sembiring ke lembaga penegak disiplin partai itu.
Menurut Fahri, PKS seharusnya berlaku adil dan mendengarkan pihak-pihak yang terlibat, tidak bisa hanya mendengarkan satu pihak dengan alasan orang tersebut lebih dipercaya. Fahri menegaskan, tidak boleh ada orang yang menguasai dan dominan di PKS. "Seolah-olah, kalau dia yang ngomong, pasti benar," ujar Fahri, aktivis mahasiswa angkatan 1997/1998.
Dia gerah karena Tifatul Sembiring, mantan Presiden PKS dan kini anggota Majelis Pertimbangan PKS, terus-menerus menuduhnya. "Jangan mentang-mentang dia senior dan saya junior jadi nuduh-nuduh terus," tutur Fahri.
Menurut dia, Tifatul tidak bisa serta-merta menuduhnya seperti itu, apalagi karena senioritas semata. Fahri beralasan, generasi muda saat ini juga banyak yang lebih pintar daripada seniornya. "Feodalisme semacam ini tidak bisa dibiarkan. Saya tidak ingin tunduk pada hal semacam ini," katanya.
Mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring memang meminta Fahri patuh pada perintah partai.
Selain Tifatul, Ketua Majelis Syuro Salim Segaf Al-Jufri telah menemui Fahri. Juga Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua DPP Al Muzzammil Yusuf, dan Wakil Sekretaris Jenderal Mardani Ali Sera.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI