TEMPO.CO, Yogyakarta - Peristiwa pesawat Batik Air tergelincir di Bandar Udara Adisutjipto terjadi begitu cepat. Sejak pesawat terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta di Cengkareng Tangerang hingga selama penerbangan menuju Yogyakarta, tidak ada tanda-tanda kerusakan atau peringatan.
Namun para penumpang dibuat kaget saat pesawat menyentuh landasan Bandar Udara Adisutjipto. ‘Bum...’, tiba-tiba terdengar suara keras dan posisi pesawat berhenti miring ke depan. "Saat landing ada getaran cukup keras," kata Lestari, penumpang pesawat Batik Air, Jumat, 6 November 2015.
Ia mengisahkan, perjalanan dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng mulus-mulus saja. Selama penerbangan, kata Lestari, cuaca mendung. Begitu sampai di Yogyakarta, kondisi hujan.
Warga Jakarta itu mengatakan, setelah pesawat nyungsep, kondisi para penumpang bisa kembali tenang. Namun para penumpang kemudian turun dari pintu darurat. Para penumpang berhamburan dan tim penolong di bandar udara itu sudah siap siaga. Beberapa penumpang ada yang diangkut dengan ambulans, tapi tidak mengalami luka berat.
Soewarno Hasan Basri, 64 tahun, warga Yogyakarta, penumpang kursi 33c, mengatakan perjalanan dari Cengkareng tidak ada masalah. Namun saat sampai di Yogyakarta turun hujan. Saat mendarat, ada suara benturan keras. Lampu di pesawat seketika dimatikan. "Saya keluar dari pintu darurat di belakang," kata dia.
Pesawat Batik Air dengan rute penerbangan Jakarta-Yogyakarta tergelincir ke luar landasan Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta. Semua penumpang, 161 orang, termasuk tujuh kru selamat dalam kejadian tersebut.
"Jam 15.00 mendarat, terperosok di ujung landasan sisi timur, semua penumpang selamat," kata Marsekal Pertama Imran Baidrus, Komandan Landasan Udara Adisutjipto.
Otoritas bandara sempat menutup Bandara Adisutjipto. Sejumlah penerbangan dilaporkan dialihkan ke Bandara Adi Sumarmo di Solo. Namun tak lama kemudian, bandara dibuka kembali. "Penerbangan kembali normal," kata Imran.
MUH SYAIFULLAH