TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo mengatakan keputusan Partai Amanat Nasional bergabung dengan pemerintah hanya untuk mendapat kursi menteri. Menurut dia, tawaran kursi menteri sudah didengar partai-partai oposisi pemerintah sebelum isu reshuffle menteri menguak.
"Gonjang-ganjing penawaran kursi itu datang dari presiden di setiap kesempatan, baik di Istana Negara maupun Bogor," ujar Bambang dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu, 5 September 2015. "PAN akhirnya terkena rayuan maut itu dengan tawaran dua kursi."
Komjen Buwas Dicopot
Skandal Crane Pelindo, Komjen Buwas: 1.000 Persen Korupsi!
Kapolri: Buwas Mau Dicopot Saat Adu Mulut dengan Buya Syafii
Tawaran kursi menteri juga diterima Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, dan Gerindra. Namun, mereka menolak dengan alasan pemerintah butuh pengawas. "Itu plan A istana. Ketika gagal merayu, istana lalu bermain dengan perpecahan Golkar dan PPP," ujar Bambang. "Ini seperti ada permainan cinta segitiga antara PAN, KIH, dan KMP."
Namun, kata Bambang, Golkar tak mempermasalahkan keputusan PAN. Apalagi koalisi partai oposisi pendukung Prabowo Subianto tak bisa menawarkan jabatan tinggi karena berada di luar pemerintah. "Kami ikhlas dan rela. Sah saja PAN bergabung demi kursi," ujar anggota komisi hukum Dewan Perwakilan Rakyat ini.
Ketua DPP PAN Muhammad Najib membantah bergabung kabinet demi kursi. Menurut dia, PAN semata ingin membuat stabilitas politik dalam negeri. "Ini semata demi persatuan nasional atau koalisi Nusantara," ujarnya dalam diskusi yang sama. "Kami khawatir krisis politik akan berlanjut ke krisis ekonomi, makanya kami memperkuat politik."
INDRI MAULIDAR
Berita Menarik
Dibunuh di Kota Wisata: Karena Nurdin Kesal Nungki Main HP
Alumnus UI Tewas, Jejak Kaki di Balkon Ungkap Kejanggalan