TEMPO.CO, Bandung - Voice Of America (VOA) Indonesia mengadakan konferensi tahunan di Bandung, Jawa Barat. Konferensi yang diikuti sejumlah jurnalis ini mengusung tema "Diversity Reporting."
Menurut Frans Padak Demon, Direktur VOA Indonesia, kegiatan ini digelar selama tiga hari di Jakarta dan Bandung. "Kegiatan ini memang sudah lama kami lakukan karena ini adalah acara tahunan yang diadakan oleh VOA, setiap tahun tema berbeda, hanya pada tahun ini melihat dari ramainya pemberitaan tentang keberagaman yang bentrok dimana-mana, maka kami jadikan sebagai tema pembahasan dalam konferensi," ujar Demon, Senin 10 Agustus 2015.
Menurut Frans, kegiatan tahunan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data aviliasi VOA, dimana kedudukan VOA sebagai pemberi konten kepada media televisi dan radio sangat berpengaruh terhadap pemberitaan yang beredar. Sehingga data yang sampai kepada penerima konten bisa lebih bertanggung jawab.
"Kegiatan ini juga sebagai olahan data yang akan sampai ke pihak kami, di mana pihak kami adalah penyedia konten bagi media lain. Kami merasa bertanggung jawab harus memberi konten bermutu bagi masyarakat, maka dari itu kami himpund data yang akurat sesuai kebutuhan di setiap daerah" ujar Demon.
Selain tema diambil dari isu terhangat, para pemateri yang mengisi acara tersebut juga dipilih sesuai kriteria dari pihak VOA yang dianggap mampu dan paham serta berpengalaman. Di antara pembicara adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli, dan sejumlah wartawan senior seperti Andreas Harsono, Budiyono, Usman Kansong serta Latief.
"Tentunya untuk para pemateri yang hadir, kami cari yang memiliki kapasitas untuk berbicara hal terkait. Seperti Menteri Agama, beliau berhak menanggapi masalah keberagaman ini, begitu juga para pemateti dari insan pers, mereka sudah berpengalaman bahkan sering turun langsung untuk melakukan peliputan terkait hal tersebut. Setidaknya bisa berbagi kepada yang lain" ujar Demon.
Dia melanjutkan, Indonesia adalah negara yang dianugerahi keberagaman. Seharusnya dengan keberagaman tersebut maka pemberitaan bisa lebih beragam "Kuno kalau kita masih berpikir bednews is the good news. Karena kita beragam harusnya bisa lebih banyak mengangkat kebaikan dari sebuah perbedaan," kata Demon.
DWI RENJANI