TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia meminta semua pihak tak memperkeruh suasana pasca konflik di Tolikara. Mereka meminta seluruh umat Islam tak terprovokasi isu yang beredar. "Imbauan untuk mengamankan umat kan sulit ya terutama terhadap provokasi," ujar Ketua MUI Bidang Hukum dan Perundang-Undangan, Basri Bermandia, dalam konferensi pers di kantor MUI, Jakarta, Rabu 22 Juli 2015.
Wakil Ketua MUI Maruf Amin mengatakan bahwa MUI saat ini memprioritaskan kembalinya kerukunan umat beragama di bumi Papua. Selain pemerintah, ia juga menyebut media harus berhati-hati menyusun laporan terkait isu ini. "Kadang karena pengaruh media, umat melakukan tindak merusak akibat rasa solidaritas. Itu yang kita jaga," ungkap Maruf kepada wartawan setelah konferensi pers.
Menurutnya, solidaritas umat muslim sebaiknya digunakan untuk menghindari potensi konflik yang bisa meluas. Ia berharap Kementerian Agama, Badan Intelijen Negara, dan Kepolisian harap lebih waspada terhadap potensi konflik di daerah lain terutama yang menyeret agama.
Sampai saat ini, isu yang menyebabkan umat muslim di kota berpenduduk 150 ribu jiwa itu gagal salat Idul Fitri masih simpang siur. MUI takut beragamnya isu tersebut justru memanaskan situasi di akar rumput.
MUI lebih memilih tidak banyak bersuara terkait isu-isu yang menyelubungi kasus Tolikara. Untuk mencari kebenarannya, MUI sedang membentuk tim investigasi ke lokasi kejadian. Rencananya, Basri sebagai koordinator akan memimpin tim investigasi menuju Tolikara dalam 2-3 hari ke depan.
BINTORO AGUNG S