TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, lewat sertifikasi Indikasi Geografis lahan di atas ketinggian 800 meter yang berpotensi ditanami kopi di wilayahnya menembus 600 ribu hektare. "Sekarang kebun kopi kurang-lebih 60 ribu hektare, kami terus mendorong masyarakat setiap tahun dengan membagi-bagikan bibit kopi gratis ke masyarakat," kata dia di Bandung, Selasa, 7 April 2015.
Aher, sapaan gubernur Jawa Barat itu, mengatakan, tahun lalu sudah sejuta bibit kopi dibagikan, tahun ini ditambah jadi 2 juta bibit kopi. Rinciannya, 800 ribu berasal dari bibit kopi yang dibagikan Dinas Perkebunan Jawa Barat, selebihnya dari masyarakat penangkar kopi. "Mudah-mudahan tahun depan kami mampu mengelola 5 juta pohon untuk dibagi-bagikan karena anggarannya ada," kata dia.
Menurut Aher, pengembangan kopi juga mendorong perbaikan hutan. Dia beralasan, kopi terhitung unik karena tumbuh subur dan berada di antara tegakan pepohonan. "Di sela tegakan besar, di situ kopi justru tumbuh subur. Ini simbiosis saling menguntungkan dan tidak merusak," kata dia.
Aher menjamin, bisnis kopi saat ini menjanjikan setelah jenis kopi asal Jawa Barat dengan nama Java Preanger Cofee sudah dikenal dunia. Sebelum ada nama itu, green bean, biji kopi yang belum dibakar hanya dihargai Rp 30 ribu per kilogram, dengan pengakuan nama Java Preanger Coffee harganya melonjak. "Sekarang ada yang sampai Rp 120 ribu per kilogram," kata Aher.
Aher mengatakan, pemerintah provinsi menginginkan bukan hanya kualitas produksi kopi yang meningkat, tapi penguasaan bisnisnya dari hulu ke hilir. "Nilai ekonominya akan tinggi manakala bukan lagi dijual dalam bentuk green bean tapi sudah dalam bentuk kemasan siap konsumsi," katanya.
AHMAD FIKRI