TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan kementeriannya menyiapkan dana sekitar Rp 8 miliar untuk penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, Jawa Timur. Uang itu akan diberikan kepada para pekerja seks komersial selama mereka beralih profesi. "Untuk waktu tiga bulan," katanya seusai bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di kantornya, Selasa, 2 Juni 2014.
Menurut Salim, uang itu akan dibagikan kepada sekitar 1.400 pekerja seks komersial di sana. Masing-masing dari mereka akan mendapatkan Rp 3 juta untuk modal usaha, Rp 250 ribu untuk transpor pulang kampung, dan Rp 20 ribu per hari selama tiga bulan untuk membiayai hidup. "Karena saat mereka beralih profesi kan tak langsung punya uang, jadi itu untuk uang jaminan hidup," katanya.
Salim mengapresiasi penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Menurut dia, praktek prostitusi itu merupakan perdagangan manusia. Dari penuturan Risma ia tahu para pekerja seks komersial di sana rata-rata hanya mendapatkan uang Rp 55 ribu setelah melayani 10-15 pria seharian. Soalnya, uang bayaran mereka banyak dicatut oleh para perantara.
Dengan pendapatan yang minim itu para pekerja tersebut malah terbelit utang. "Ini melanggar hak asasi manusia," ujarnya.
Risma mengatakan meminta Kementerian Sosial untuk membiayai pemulangan para pekerja seks komersial itu ke kampung halaman. Alasannya, hampir 99 persen para pekerja itu berasal dari luar Surabaya. Untuk para mucikari yang juga sebagian besar bukan berasal dari Surabaya, ia meminta Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk membiayai pemulangan mereka.
Risma mengatakan terus berupaya menutup tempat tersebut lantaran menilai para pekerja seks komersial di sana hidup tertindas. Lingkungannya pun tak sehat untuk pertumbuhan anak-anak. Lokalisasi Dolly yang bercampur dengan lingkungan penduduk membuat anak-anak terbiasa melihat hubungan suami-istri. Bahkan ada anak kelas III SD yang sudah melakukan hubungan badan dengan temannya dan disaksikan oleh temannya yang lain. "Di sana yang seperti itu sudah biasa," ujarnya.
Menurut Risma, penutupan Dolly yang semula direncanakan pada 19 Juni akan dimajukan sehari lantaran Salim akan melihat acara itu. Para pekerja seks di sana, kata dia, nantinya akan beralih profesi. Mereka sudah dilatih untuk membuat kue, kerajinan, telur asin, dan bawang goreng. Ia berharap mereka akan sukses beralih pekerjaan seperti para pekerja seks di kawasan Dupak, Bangun Sari, Surabaya, yang ditutup akhir 2012. Lokalisasi itu kini sudah menjadi sentra industri bawang goreng dan telur asin. "Mereka sampai kewalahan menerima pesanan," katanya.
NUR ALFIYAH
Berita Terpopuler:
Diduga Mencurigakan, Ini Isi 14 Rekening Anggito
Honorer Ini Tarik Rp 1,4 Miliar di Rekening Haji
Pegawai Ini Terima Rp 1,3 Miliar dari Travel Haji
Ahok Marah-marah Saat Ditanya Kasus PAM Jaya