TEMPO.CO, Malang-Rumah Sakit Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang mendapat penghargaan dari Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS). Penghargaan ini merupakan kali kedua diterima rumas sakit ini setelah menerima penghargaan sama 2012 lalu.
Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia, Amir Syamsuddin menyatakan Rumah Sakit Lapas Lowokwaru mendapat penghargaan karena dinilai berhasil mencegah penularan HIV/AIDS di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. "Kami bukan ingin berbangga diri, tapi penghargaan ini bukan sembarangan," kata Amir seusai mengunjungi Lapas Lowokwaru dan Lapas Wanita Malang, Ahad 3 November 2013.
UNAIDS merupakan pendukung utama aksi global terhadap epidemik HIV di bawah Persatuan Bangsa Bangsa.
Amir mengaku tengah berusaha memperbaiki fasilitas layanan Rumah Sakit Lapas di Indonesia yang tengah menghadapi masalah kelebihan kapasitas. Namun, ia mengakui sulit mewujudkan layanan kesehatan yang memadai karena sebagian besar Lapas di luar Jawa kelebihan kapasitas hingga 400 persen sampai 500 persen. "Di Jawa Timur kelebihan kapasitas mencapai 100 persen," katanya.
Sebagian besar narapidana, katanya, merupakan narapidana narkoba yang rentan menularkan penyakit seperti HIV/AIDS. Pada 2010 lalu, Dinas Kesehatan melakukan survei lapangan hasilnya ditemukan sebanyak empat narapidana Lapas Lowokwaru tertular HIV/AIDS.
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan narapidana narkotika. Selama ini, ODHA dari narapidana ini bisa bersosialisasi dengan narapidana lain. Mereka berbaur untuk mencegah stigma negatif yang sering dialami ODHA. Para narapidana juga rutin menjalani terapi Antiretroviral (ARV) secara berkala dari klinik VCT di dalam lapas.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota Malang, Nusindrati, menjelaskan pada 2012 penderita HIV/AIDS di Kota Malang mencapai 2.100 orang. Sekitar 15 persen atau 300 penderita di antaranya merupakan ibu rumah tangga. Jumlah ibu rumah tangga yang terinveksi terus melonjak dari sebelumnya hanya 3,5 persen. "Sebelumnya ibu rumah tangga merupakan kalangan beresiko rendah," ujarnya.
Nusindrati yang juga sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kota Malang gencar mensosialisasikan agar warga rajin memeriksakan diri ke VCT. Ratusan relawan dan petugas kesehatan aktif berinisiatif mengajak orang yang berpotensi tinggi tertular HIV/AIDS seperti pekerja seks komersial dan pecandu narkoba suntik.
Klinik VCT tersebar di Rumah Sakit Islam Unisma, Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Puskesmas Dinoyo, Kendalsari, Lowokwaru dan Ciptomulyo. Pemeriksaan dilakukan secara cuma-cuma. Selain itu, pengidap HIV/AIDS juga bakal mendapat perawatan dan pengobatan secara gratis.
EKO WIDIANTO