TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengatakan angka kematian ibu di Indonesia masih terlalu tinggi. Penyebabnya, akses untuk menjangkau para ibu yang berada di daerah terpencil masih terbatas. "Masih banyak yang harus dilakukan dalam lima tahun ke depan untuk bisa mencapai target kami," kata Boediono dalam World Economic Forum on East Asia di Hotel Shangri-La, Senin, 13 Juni 2011.
Menurut Boediono, kebanyakan penyebab kematian ibu adalah kurangnya informasi yang tepat mengenai kehamilan dan persalinan. Dalam survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007, Kementerian Kesehatan mencatat tingkat kematian ibu hamil dan saat melahirkan masih mencapai 228 per 100 ribu angka kelahiran hidup.
Padahal, Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs) menetapkan pada 2015 angka tersebut harus ditekan hingga mencapai 102. Adapun rencana pembangunan jangka panjang nasional 2014 menargetkan angka itu turun menjadi 118 per 100 ribu angka kelahiran hidup.
Boediono berpendapat, untuk Sasaran Pembangunan Milenium lainnya, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat. Ia yakin Indonesia bisa memenuhi target-target yang ada pada 2015.
Selain kesehatan ibu, tujuh bidang sasaran lainnya adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, serta menurunkan kematian anak. Selain itu juga memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global untuk pembangunan.
Soal kemiskinan ekstrem, misalnya, kata Boediono, Indonesia sudah bisa mengurangi jumlah penyandangnya hingga separuh angka awal saat delapan sasaran itu ditetapkan. Kesetaraan gender pun sudah relatif tercapai dalam banyak bidang, termasuk pendidikan. Pemerintah pun berupaya keras melestarikan lingkungan, antara lain dengan mengurangi emisi karbon dan melansir moratorium penebangan hutan.
BUNGA MANGGIASIH