TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan rusaknya server pendaftaran online siswa baru adalah akibat dari gaya-gayaan. "Ini cuma gaya-gayaan tanpa dipikirkan dampak negatifnya," kata Darmaningtyas saat dihubungi Tempo, akhir pekan lalu.
Darmaningtyas mengatakan, saat ini kemampuan IT yang dimiliki pemerintah dalam membangun server masih terbatas. Selain itu, maintenance juga buruk. Dia menduga penggunaan pendaftaran online hanya sebagai ajang korupsi. "Bahwa dengan pendaftaran online harus menggunakan IT yang ujung-ujungnya proyek," kata dia.
Baca Juga:
Darmaningtyas mengatakan sekarang ini belum saatnya pendaftaran siswa dilakukan secara online. Pemerintah, kata dia, harus melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia yang melek internet hanya 25 persen. Selain itu, kata dia, sebanyak 80 persen rumah tangga belum punya akses internet. Belum lagi fakta bahwa di pedesaan akses internet banyak yang belum terjangkau. "(Pendaftaran online) ini sama saja menutup kesempatan siswa untuk memilih sekolah yang diinginkannya," katanya.
Karena itu dia meminta Dinas Pendidikan untuk melakukan pendaftaran secara manual saja. "Jangan sok gaya. Masyarakat kita masih tradisi lisan," ujarnya.
Akibat dari rusaknya server online ini, kata Darmaningtyas, orang tua dan siswa harus sport jantung atas ketidakpastian mendapatkan sekolah yang diinginkan.
Seperti diketahui server input data pendaftaran siswa baru SMA Negeri dan SMK Negeri di seluruh Jakarta tiba-tiba macet saat difungsikan sejak hari pertama, 1 Juli lalu. Menurut pihak sekolah, server disinyalir ngadat karena tak muat menampung semua pendaftar. Orang tua siswa tidak terema. mereka bahkan rela menunggu server berfungsi kembali dari pagi hingga sore, namun hasilnya nihil.
Pemerintah Jakarta akhirnya memutuskan melakukan daftar ulang lagi mulai Selasa besok. Pendaftaran yang harusnya 1-3 Juli menjadi 6 -8 Juli mendatang."Pengumuman tanggal 8 Juli sore hari" kata Wakil Kepala Dinas Pendidikan Ratiyono.
AMIRULLAH