TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerhati pendidikan Arief Rachman mengatakan penggunaan pendaftaran online dalam proses penerimaan siswa baru sebagai sebuah hal yang kurang bijak. Alasannya, penggunaan teknologi itu tidak menjamin proses akan berjalan dengan baik.
"Kalau semua online saya menilai itu kurang bijak, karena (kemungkinan) ada kekeliruan dan masyarakat kita masih banyak yang gaptek (gagap teknologi)," kata Arief di ruang pers DPR, Jakarta, Senin (5/7).
Pemerintah, kata dia, harus tetap memberi peluang bagi masyarakat yang masih menggunakan pendaftaran secara manual. Apalagi belum semua masyarakat mengerti dan terakses dengan teknologi internet. "Teknologi tidak menjamin 100 persen baik," ujarnya.
Ngadatnya server pendaftaran, kata Arief, menjadi contoh paling jelas soal kelemahan teknologi itu. "Saya tidak setuju, pendaftaran online semua, karena rakyat kita masih tahap mengarah transisi," katanya.
Tahap transisi adalah proses perpindahan dari sistem manual ke teknologi, namun belum semua proses itu berhasil. "Karena itu, seharusnya penggunaan online dilakukan secara bertahap," katanya.
Seperti diwartakan sebelumnya, proses pendaftaran SMA ngadat karena terjadi kekacauan dalam sistem pendaftaran daring (on line) tahun ini. Itu terjadi karena server pendaftaran kelebiha beban sehingga hasil cetakan tidak sesuai dengan data yang telah dimasukkan. Akibat kekacauan itu, pendaftaran SMA se- Jakarta pun diulang.
"Keputusan itu untuk memberi kesempatan yang sama bagi seluruh siswa," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi.
Amirullah