TEMPO Interaktif, Jambi - Berdasarkan data angka optimistis jumlah populasi harimau sumatera (Panthera Tigris Somatrae) yang masih hidup di habitatnya di Pulau Sumatera pada 2008 ditaksir hanya menyisahkan 200 ekor.
Jumlah tersebut kian berkurang sejalan dengan perjalanan waktu, akibat semakin gencarnya aksi pembukaan lahan dan perburuan liar. "Setiap tahun sedikitnya 50 ekor harimau sumatera hilang. Terbukti pada 2000 tercatat sekitar 400 ekor, tapi data tahun 2008 hanya menyisahkan separuhnya," kata Kepala Balai Konservasi Sumber daya Alam Provinsi Jambi Diddy Wurjanto kepada Tempo, Kamis (19/11).
Diddy menekankan, langkah konkrit sudah sepatutnya diambil karena bila tidak binatang langka dan dilindungi ini bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan hanya tinggal kenangan saja.
Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian harimau sumatera agar tetap ada yakni pada 24-25 November mendatang, Jambi akan menjadi tuan rumah acara pertemuan antara para ahli, peneliti, pakar, dan pemerhati harimau.
Tujuan dari pertemuan tersebut, terang Diddy, sebagai upaya mencari solusi tepat bagaimana bisa mendapatkan langkah konkrit dalam upaya pelestarian harimau.
Acara ini dibiayai Bank Dunia dengan mengikutsertakan para pemerhati harimau, peneliti, dan lembaga swadaya masyarakat yang peduli harimau sumatera dari berbagai daerah di Sumatera serta Jakarta, dengan mendatangkan para pakar dari peneliti dari luar negeri.
Populasi harimau sumatera di Jambi berdasarkan hasil pantauan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat, kini hanya sekitar 20-30 ekor, tersebar di beberapa kawasan hutan produksi dan kawasan taman nasional.
Di wilayah Jambi sendiri merupakan sasaran utama bagi para pemburu liar, terbukti tidak hanya mencuri harimau di kawasan habitatnya, tapi harimau yang dipelihara di dalam kandang Kebun Binatang Taman Rimba Kota Jambi pun 22 Agustus lalu, dibunuh dan dicuri.
Kulit dan rangka binatang ini memang sangat menggiurkan, karena dipasaran dapat dijual dengan harga mencapai Rp 150 juta.
SYAIPUL BAKHORI