Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Sejarah Letusan Gunung Agung di Bali

Gunung Agung di Pulau Bali nampak terlihat dari Puncak Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. saat matahari tenggelam, Senin (14/5). Tempo/Aris Andrianto
Gunung Agung di Pulau Bali nampak terlihat dari Puncak Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. saat matahari tenggelam, Senin (14/5). Tempo/Aris Andrianto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Status Gunung Agung di Bali dinaikkan ke level Waspada setelah sebulan terakhir terjadi kenaikan aktivitas kegempaan. “Dulu jarang, sejak sebulan lalu ada peningkatan secara signifikan. Peningkatannya secara kontinu, terus-menerus, dan stabil kenaikannya,” Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Alam, Kasbani saat dihubungi Tempo, Kamis 14 September 2017.

Gunung Agung punya sejarah panjang letusan. Berdasarkan catatan PVMBG, gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl (meter diatas permukaan laut) ini pernah 4 kali meletus sejak 1800. Empat kali letusan itu terjadi pada 1808, 1821, 1843, dan terakhir adalah pada 1963.

Erupsi terakhir tahun 1963 terjadi sejak tanggal 18 Februari 1963, dan berakhir pada 27 Januari 1964. Erupsi bersifat magmatis. Letusan gunung itu pada tahun 1963 mengakibatkan 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka-luka.

Baca juga: PVMBG : Gunung Agung di Bali Kembali Menggeliat Setelah 54 Tahun

Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan, sejak letusan terakhir pada tahun 1963, Gunung Agung belum pernah menunjukkan kenaikan aktivitas yang signifikan. Sejak tahun 1963 status gunung itu dipatok Aktif Normal. “Gak pernah naik satusnya dulu-dulu. Ini pertama kali (naik status) sejak 1963,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Gede, skenario bencana yang diantisipasi jika aktivitas gunung api itu terus naik adalah skenario letusan gunung itu pada tahun 1963. “Karakteristiknya kita mengacu pada letusan 1963, letusanya besar, kalau meletus,” kata dia.

Gede mengatakan, korban jiwa akibat letusan Gunung Gede pada 1963 itu akibat terkena awan panas. “Pada 1963 itu awan panas sampai ke utara, sampai ke pantai. Ke Tulamben, tempat wisata snorkling di situ,” kata dia.

Menurut Gede, jejak bekas awan panas dari letusan Gunung Agung itu masih terlihat. Dia menunjukkan foto satelit yang diambil dari Google Maps yang menunjukkan garis lekukan yang telrihat jelas dari puncak menuju pantai. “Ini bekas letusan masa lalu, masih kelihatan. Ini bekas awan panas,” kata dia.

AHMAD FIKRI

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


PVMBG: Waspadai Awan Panas Guguran Gunung Karangetang

27 Agustus 2019

Asap putih keluar dari puncak Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Rabu, 6 Februari 2019. Asap putih bertekanan disertai guguran material vulkanik dari kawah bagian utara masih mendominasi aktivitas erupsi efusif Gunung Karangetang. ANTARA
PVMBG: Waspadai Awan Panas Guguran Gunung Karangetang

PVMBG berharap masyarakat mewaspadai ancaman awan panas guguran Gunung Karangetang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.


Tanah Bergerak di Tangerang, Ini Saran PVMB Supaya Tak Meluas

16 Oktober 2018

Suasana penambalan jalan retak akibat tanah bergerak di Kampung Kadu Sirung, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Selasa 16 Oktober 2018. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Tanah Bergerak di Tangerang, Ini Saran PVMB Supaya Tak Meluas

Fenomena tanah bergerak di Tangerang membuat warga panik.


PVMBG Pastikan Tak Ada Erupsi di Gunung Salak

11 Oktober 2018

Suasana Gunung Salak yang tertutup oleh awan di kawasan Bogor, Jawa Barat. Tempo/Aditia Noviansyah
PVMBG Pastikan Tak Ada Erupsi di Gunung Salak

PVMBG Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral memastikan tidak terjadi erupsi di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.


Badan Geologi: Gunung Soputan Berpotensi Semburkan Awan Panas

3 Oktober 2018

Gunung Soputan, Kabupaten Minahasa Tenggara Sulawesi Utara, meletus setinggi 4.000 meter pada 3 Oktober 2018. twitter.com/BNPB_Indonesia
Badan Geologi: Gunung Soputan Berpotensi Semburkan Awan Panas

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengatakan letusan Gunung Soputan di Sulawesi Utara berpotensi mengeluarkan awan panas.


Gunung Soputan di Sulawesi Utara Meletus, Ini Imbauan PVMBG

3 Oktober 2018

Gunung Soputan di Sulawesi Utara bererupsi. Foto/Dok BNPB
Gunung Soputan di Sulawesi Utara Meletus, Ini Imbauan PVMBG

PVMBG mencatat erupsi Gunung Soputan itu menghasilkan kolom abu teramati lebih kurang setinggi 4 kilometer dari puncak gunung tersebut.


Pusat Vulkanologi Kementerian ESDM Raih Penghargaan Internasional

9 September 2018

Relawan dari Bali Rumah Singgah Satwa memperhatikan pepohonan yang mati akibat abu vulkanis pasca letusan Gunung Agung, di Sebudi, Karangasem, Bali, 3 Desember 2017. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan status Gunung Agung masih dalam level IV (awas). ANTARA
Pusat Vulkanologi Kementerian ESDM Raih Penghargaan Internasional

Pusat Vulkanologi dinilai mampu bekerja menghadapi risiko gunung api yang tersebar di seluruh Indonesia dengan sumber daya yang terbatas.


Gunung Anak Krakatau Tremor, Masyarakat Dilarang Dekati Kawah

7 September 2018

Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Untuk gempa vulkanik dangkal tercatat 38 kali dengan amplitudo 3-30 mm dan durasi 5-15 detik. Lalu gempa vulkanik dua kali dengan amplitudo 29-30 mm, S-P 1-1,5 detik, dan durasi 10-20 detik. ANTARA FOTO/Elshinta
Gunung Anak Krakatau Tremor, Masyarakat Dilarang Dekati Kawah

Selain gempa tremor, aktifitas vulkanik Gunung Anak Krakatau menampakkan sinar api dan suara dentuman.


PVMBG Minta Pemda Sosialisasikan Rumah Tahan Gempa Lombok

14 Agustus 2018

Dua korban gempa mandi di dekat rumah mereka yang roboh pasca-gempa di Dusun Lengkukun, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu, 11 Agustus 2018. Hingga hari keenam pasca-gempa, para korban gempa yang lokasinya jauh dari ibu kota Kabupaten Lombok Utara belum tersentuh bantuan dan saat ini hanya bertahan dengan bantuan yang dibawakan pihak keluarga. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
PVMBG Minta Pemda Sosialisasikan Rumah Tahan Gempa Lombok

Menurut PVMBG, retakan yang muncul akibat gempa Lombok wajib menjadi perhatian saat hendak membangun kembali daerah yang rusak.


Saran PVMBG untuk Rencana Pembangunan di Lokasi Gempa Lombok

14 Agustus 2018

Pengungsi korban gempa bumi menjemur sisa nasi di tempat pengungsian di Desa Kayangan, Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 11 Agustus 2018. Gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter ini terjadi pada Ahad, 5 Agustus 2018. ANTARA/Zabur Karuru.
Saran PVMBG untuk Rencana Pembangunan di Lokasi Gempa Lombok

PVMBG juga meminta agar bangunan yang didirikan kelak, mengikuti kaidah bangunan tahan gempa untuk meminimalisir korban gempa Lombok.


Gempa Lombok, PVMBG Temukan Sesar Baru

13 Agustus 2018

Seorang ibu menggendong anaknya yang terluka akibat gempa bumi di dalam tenda kesehatan di halaman RSUD Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat, 10 Agustus 2018. Berdasarkan data BNPB, pengungsi korban gempa bumi Lombok sebanyak 270.168 orang yang tersebar di sejumlah tempat membutuhkan bantuan seperti makanan, air, obat-obatan, tenda, dan selimut. ANTARA
Gempa Lombok, PVMBG Temukan Sesar Baru

Tim peneliti dampak gempa Lombok menemukan jejak sesar di permukaan berupa retakan tanah, serta tanah yang bergerak naik hingga setengah meter.