TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan indikasi kenaikan status Gunung Agung sudah terlihat sejak Juli 2017. Aktivitas gempa meningkat dan mulai muncul gas solfatara.
"Lonjakan jumlah gempa dalam dan gempa dangkal itu naik signifikan pada bulan Agustus hingga saat ini," kata dia kepada Tempo, Kamis, 14 September 2017. Pada 13 Septemer, tercatat 7 kali gempa vulkanik dalam padahal sebelumnya hanya 3 kali.
Baca : Aktivitas Meningkat, Status Gunung Agung di Bali Waspada
Gede mengatakan, gempa vulkanik dalam dan dangkal itu menandakan aktivitas magma di bawah gunung api itu. “Gempa vulkanik itu menandakan suplay magma. Artinya, dobrakan-dobrakan di bawah mngkin terjadi,” kata dia.
Catatan PVMBG, Gunung Agung tercatat sudah 4 kali meletus sejak tahun 1800, yakni tahun 1808, 1821, 1843, serta 1963. Erupsi terakhir tahun 1963 terjadi sejak tanggal 18 Februari 1963, dan berakhir pada 27 Januari 1964. Erupsi bersifat magmatis. Letusan gunung itu pada tahun 1963 mengakibatkan 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka-luka.
Baca : Gunung Agung Waspada, BNPB Siapkan Skenario Mitigasi
Gede mengatakan, sejak letusan terakhir pada tahun 1963, Gunung Agung belum pernah menunjukkan kenaikan aktivitas yang signifikan. Sejak tahun 1963 status gunung itu dipatok aktif normal. “Tidak pernah naik statusnya dulu-dulu. Ini pertama kali (naik status) sejak 1963,” ujarnya.
Menurut Gede, skenario bencana yang diantisipasi jika aktivitas gunung api itu terus naik adalah skenario letusan gunung ipada tahun 1963. “Karakteristiknya kita mengacu pada letusan 1963, letusannya besar, kalau meletus,” kata dia.
Gede mengatakan, korban jiwa akibat letusan Gunung Gede pada 1963 itu akibat terkena awan panas. “Pada 1963 itu awan panas sampai ke utara, sampai ke pantai. Ke Tulamben, tempat wisata snorkling di situ,” kata dia. Hingga saat ini, menurut Gede, jejak bekas awan panas itu masih terlihat.
Gede mengatakan, PVMBG sudah menyusun peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk akibat letusan gunung itu. BPBD setempat juga sudah menyiapkan rencana kontijensi menghadapi letusan Gunung Agung.
Kendati demikian, Gede mengatakan, naiknya aktivitas Gunung Agung hingga menunjukkan indikasi akan meletus akan memakan waktu lama. “Ada tahapannya. Ada tremor dulu, kepulan asap keluar. Mungkin 6 bulan ke depan baru kelihatan ini mau kemana,” kata dia.
Dengan naiknya status Gunung Agung di Bali, di seluruh Indonesia ada 20 gunung api yang statusnya di atas Normal. Dari jumlah itu 1 gunung berstatus Awas (Level IV) yakni Gunung Sinabung, dan 19 gunung api sisanya dalam status Waspada (Level II).
AHMAD FIKRI