TEMPO.CO, Jakarta – Seorang santri asal Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, bernama Umar Jamaluddin berhasil menciptakan zippo dan menjadikan lambang Nahdlatul Ulama (NU) sebagai motif utama pada produknya. Tidak tanggung-tanggung, produk tersebut diminati banyak orang, bahkan sudah sampai ke tangan Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri.
Dia menuturkan bahwa ide awal pembuatan zippo berlambang NU itu muncul karena belum ada di pasaran. “Saat itu, saya melihat belum ada yang menjual zippo dengan grafir NU. Padahal, sebagian besar pria warga NU perokok. Dari situlah mulai saya mencoba untuk membuatnya dengan anggapan, dari jutaan warga NU, pasti ada yang tertarik,” tuturnya.
Baca Juga:
Selain itu, yang membuat dia yakin terhadap produk zippo hasil karyanya itu adalah bahwa adanya kekuatan rasa memiliki dari warga NU terhadap logo organisasinya. Dia juga memahami kekuatan kultural dan kekerabatan warga NU. “Semua itu menjadi pangsa pasar yang menjanjikan,” ujarnya.
Perkiraan Umar ternyata tidak meleset. Tidak lama setelah dia mengunggahnya di akun facebook (@tokokutokomutokonu) dan instagram (@tokoku_tokomu_tokonu), pesanan pun berdatangan dari berbagai daerah. Selain melalui online, produknya itu juga dijual melalui pasar ofline dengan memasarkannya kepada jamaah pengajian, maulidan, dan tahlilan. Hasilnya juga luar biasa.
Selain produk zippo NU, Umar juga menjual zippo dengan gambar lain seperti logo organisasi, logo komunitas, dan juga gambar obyek tertentu sesuai permintaan konsumen. “Tapi sebanyak 80 persen dari produk zippo yang dijualnya adalah berlogo NU. Pesanan pun tak hanya dari pengurus atau warga NU di dalam negeri, tapi juga dari pengurus cabang istimewa NU Korea Selatan,” ucapnya.
Baca Juga:
Selama 11 bulan menjalani usaha ini, jumlah orderan yang diterima Umar kini sudah mencapai hampir 100 zippo per bulan. Dia menjual zippo grafir buatannya itu dengan harga Rp 550 untuk yang original. Untuk kualitas standard dijual dengan harga Rp 260 ribu. Untuk mengerjakan pesanan dari para konsumen, Umar dibantu dua rekannya. Kini, alumni pesantren Raudlatul Thulab, Tempuran Magelang itu menjadi santri sekaligus entrepreneur. Siang bisnis, sore dan malam hari menjadi guru mengaji.
Melihat kesuksesan Umar ini, Menteri Hanif takjub dan mengapresiasinya. “Saya sangat mengapresiasi pemuda yang kreatif. Di era persaingan kerja yang ketat, kreatifitas adalah salah satu kunci kesuksesan kerja,” ujar Menteri Hanif.
Menaker juga memuji Umar sebagai santri yang menekuni ilmu agama, sekaligus melek dan bijak memanfaatkan komunikasi dan informasi. “Dia menjadikan media sosial sebagai media pemasaran yang efektif dan efisien. Saya berharap, keberhasilan Umar bisa menginspirasi anak muda Indonesia yang lain,” kata Umar. (*)