INFO MPR - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin mendorong para generasi muda atau pelajar di Indonesia untuk hidup lebih kreatif. Hal itu penting karena Indonesia sudah kehilangan orang-orang hebat yang memiliki jiwa wirausaha saat ini.
Ia mencontohkan mendiang Steve Jobs, Pendiri Apple, yang memiliki aset US$ 207 miliar. "Nah, generasi muda kita ini kebanyakan setelah lulus hanya ingin menjadi pegawai. Saya memberikan motivasi lebih kepada mereka agar memiliki semangat bangkit berjuang untuk menjadi yang terbaik dan menyumbangkan yang terbesar bagi negara ini," katanya saat membuka acara Sosialisasi Empat Pilar bersama para pelajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat, 25 Agustus 2017.
Mahyudin berharap para pelajar kelak menjadi pemimpin bangsa dan lebih baik dari pemimpin sekarang ini. "Karena itu, jangan pernah berprasangka buruk kepada orang lain. Tidak boleh putus asa belajar. Kalau gagal, jangan terus kecewa, tapi berjuang lagi. Jangan pernah mengeluh karena hidup ini tidak boleh terlihat lemah. Hidup ini harus besar," ucapnya.
Selain itu, Mahyudin menyampaikan mengenai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, seperti korupsi, terorisme, juga narkoba. Ia melihat bahwa masih terjadi politik berbiaya tinggi dalam pelaksanaan pemilihan legislatif maupun kepala daerah sehingga menimbulkan efek domino terjadinya korupsi di kemudian hari oleh mereka yang terpilih. "Ketika pemilu legislatif ada calon yang menghabiskan dana Rp 14-25 miliar. Kalau demokrasi semahal itu, korupsi tidak akan pernah selesai di negeri ini," ujarnya.
Mahyudin mengakui pelaksanaan demokrasi di Indonesia belum matang sehingga perlu proses pendewasaan. Menurut dia, pemilu dilaksanakan bukan sekadar prosedural, melainkan lebih substantif. "Harapan dilaksanakannya pemilu adalah rakyat bisa memilih pemimpin yang memperjuangkan cita-cita bangsa. Namun karena masyarakat belum sejahtera dan pendidikan kurang bagus, pemilu masih diwarnai politik uang," tuturnya.
Mahyudin menjelaskan, kalau politik berbiaya terjadi dalam tiap pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, para calon legislatif serta kepala daerah terpilih akan berpikir bagaimana mengembalikan modal politik yang sudah dikeluarkan. "Mereka akan berpikir bagaimana mengembalikan dana yang sudah keluar untuk politik uang dengan berbagai cara. Salah satunya ya korupsi uang rakyat. Karena itu, praktik politik berbiaya tinggi harus segera dihentikan karena tidak baik bagi sistem demokrasi yang sedang dikuatkan," ucapnya.
Demikian juga dengan terorisme dan narkoba. Ia meminta para pelajar untuk menjauhi keduanya. "Negara ini akan maju jika ketiga persoalan itu bisa diselesaikan," katanya. (*)