TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga kajian kebijakan dan demokrasi, The Yudhoyono Institut yang digagas mantan presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan, Kamis malam, 10 Agustus 2017, di Ballroom Djakarta Theater Jakarta Pusat, mendapat perhatian publik.
Putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono duduk sebagai Direktur Eksekutif dalam pidato peluncurannya di Ballroom Djakarta Theater Jakarta Pusat, menyampaikan niatnya membangun masa depan Indonesia, terutama mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Baca juga:
Putera-puteri Mantan Presiden di Peluncuran Yudhoyono Institute
“Pada 100 tahun kemerdekaan, besar harapan kita, Indonesia akan menjadi negara yang aman dan damai, adil dan sejahtera, serta maju dan mendunia” kata Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Tigabelas tahun sebelum ini, keluarga mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mendirikan Wahid Institute. Lembaga ini bertujuan mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual Abdurrahman Wahid dalam membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme dan toleransi di kalangan kaum muslim di Indonesia dan seluruh dunia.
Baca pula:
Agus Yudhoyono Resmikan Yudhoyono Institute, Sandiaga Pesan Ini
Dalam berbagai programnya, Wahid Institute menggelar kegiatan di lingkungan aktivis muslim progresif dan dialog-dialog di antara pemimpin agama-agama dan tokoh-tokoh politik di dunia Islam dan Barat. Lembaga ini diinisiasi oleh almarhum KH Abdurrahman Wahid, Dr Gregorius James Barton, Yenny Zannuba Wahid, dan Ahmad Suaedy.
Yudhoyono dan Gus Dur bukan pula yang pertama, Presiden RI ke-3 BJ Habibie telah mendirikan Habibie Center pada 10 November 1988. Habibie Center merupakan yayasan yang berupaya memajukan modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama.
Habibie Centre memiliki dua misi yakni menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia; dan kedua untuk memajukan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi.
Kegiatan yang diselenggarakan Habibie Center meliputi seminar, pemberian beasiswa di dalam dan luar negeri, pemberian Anugerah Habibie (Habibie Award), dan diskusi dengan topik yang berkaitan dengan bidang sumber daya manusia pada umumnya, maupun yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Artinya, The Yudhoyono Institute menyusul lembaga yang yang diinisiasi mantan presiden dan keluarga mereka sebelumnya seperti Wahid Institute dan Habibie Center, sebagai lembaga kajian demokrasi.
Dan, dalam pidato pembukaan The Yudhotono Institute itu Agus Harimurti Yudhoyono juga menekankan soal pentingnya menghargai sejarah untuk menjaga bangsa tetap besar. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah melupakan sejarahnya. Bangsa yang besar pasti berterima kasih dan mengapresiasi segala sesuatu yang telah diperjuangkan oleh para pemimpin terdahulunya,” kata AHY.
S. DIAN ANDRYANTO I BERBAGAI SUMBER