TEMPO.CO, Kupang - Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur meningkatkan pengamanan terhadap anggotanya setelah maraknya pergerakan teroris yang menjadikan polisi sebagai sasaran dan mengganggu situasi keamanan Tanah Air.
Kepala Polda Nusa Tenggara Timur Inspektur Jenderal Agung Sabar Santoso meminta anggotanya selalu waspada mengantisipasi aksi teror yang akan terjadi di daerah ini. Karena itu, polisi harus melaporkan segala situasi yang mencurigakan, terutama di tempat keramaian, pusat perbelanjaan dan sentral pelayanan umum.
Baca:
Kapolri Tito Karnavian: Penguatan Cyber, Lawan Teror Lone Wolf
HUT Bhayangkara, Tito Beri Nasi Tumpeng ke Polisi Korban Teror
"Saya minta kepolisian selalu menjaga suasana kamtibmas dan selalu berkoordinasi dengan instansi lain agar situasi kondusif selalu terjaga," katanya kepada wartawan di Kupang, Selasa, 11 Juli 2017.
Agung juga meminta anggotanya melakukan sweeping di tempat-tempat yang mencurigakan karena anggota Polri menjadi sasaran dari teroris, juga kaum radikal. "Anggota polisi kini menjadi sasaran dari teror, jadi perlu diantisipasi sejak dini," ucapnya.
Beberapa anggota polisi menjadi sasaran penikaman di Mabes Polri Jakarta dan Polda Sumatera Utara belum lama ini oleh pelaku teroris.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku teror lone wolf beraksi tanpa jaringan. "Mereka meradikalisasi diri dengan membaca situs-situs radikal," ujar Tito, Senin, 10 Juli 2017.
Dari situ, mereka terinspirasi dan melakukan aksi teror. Beberapa contoh aksi teror lone wolf adalah kasus penyerangan terhadap polisi di Medan dan Masjid Falatehan, bom panci di Bandung, serta pemasang bendera ISIS di Polsek Kebayoran Lama.
Menurut Tito, upaya menghadapi teroris lone wolf juga harus dilakukan dengan kontra-radikalisasi. Ini untuk melindungi masyarakat agar tidak terkena paham radikal. Upaya kontra-radikalisasi itu dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
YOHANES SEO