TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno bisa menang besar dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 lantaran suara pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat terkarantina. Menurut dia, ada penurunan suara Basuki-Djarot hampir 14 ribu suara dibandingkan pemilihan gubernur pada putaran pertama.
Eep menjelaskan pasangan Basuki-Djarot sejatinya berhasil merebut 20 persen suara pendukung pasang Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang gugur di putaran pertama. Namun, banyak pula pendukung Basuki-Djarot yang beralih ke Anies-Sandi di saat terakhir.
Baca : Djan Faridz Koreksi Pernyataan Dekati Kubu Anies-Sandi
"Tidak membesar, tidak pula mengecil. Segitu-gitu aja," katanya dalam diskusi Setelah Pilkada Usai di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 22 April 2017.
Selain itu, penyebab kedua adalah menurunnya partisipasi pendukung Basuki-Djarot di putaran kedua. Sebaliknya, partisipasi masyarakat di kantong-kantong suara Anies-Sandi meningkat.
Ketiga, pembagian sembako yang diduga dilakukan oleh tim sukses Basuki-Djarot turut menjadi faktor kemenangan Anies-Sandi. Pasalnya, 28 persen warga Jakarta baru menentukan pilihannya di masa tenang dan hari H.
Menurut dia, suasana di detik-detik terakhir dapat memengaruhi pilihan warga. Pemberian sembako yang diduga dilakukan pendukung Basuki-Djarot di masa tenang dianggap berdampak negatif. "Dan untuk pertama kalinya pembagian sembaki berani menggunakan atribut kampanye dan partai," ujarnya.
Simak juga :
Hujan Sembako Pilkada DKI, Billy Beras: Ada Sumbangan Pedagang
Hujan Sembako di Pilkada DKI, Ada Nama Aria Bima dan Djan Faridz
Survei membuktikan memang ada 40 persen warga Jakarta yang mengaku akan menerima apa yang dibagikan pasangan calon. Namun, hanya 10 persen yang menyatakan tidak akan memilih paslon yang memberikan bantuan.
Faktor lainnya adalah meningkatnya perlawanan terhadap potensi kejahatan pemilu di beberapa tempat pemungutan suara. PolMark mencatat ada 1.848 TPS yang terindikasi terjadi kecurangan. Indikasi ini datang dari sekitar 250 ribu daftar pemilih tambahan di putaran satu dan terkonsentrasi di TPS pasangan calon tertentu menang besar.
Akibatnya, di 1.848 TPS itu terjadi peningkatan kekuatan pasangan calon nomor tiga dengan meningkatkan pengawasannya. "Akibatnya, pemilih tambahan tidak lagi semengganggu putaran satu,"
Eep menampik bila agama menjadi faktor utama Anies-Sandi menang. Pasalnya hanya 22 persen warga DKI Jakarta yang mengaku memilih paslon karena alasan kesamaan agama.
AHMAD FAIZ