TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah profesor atau guru besar dan akademisi dari kampus se-Jawa Tengah bakal membahas ancaman kebinekaan dalam forum Silaturahim Kebangsaan pada 15 Maret 2017.
Agenda yang digelar di Wisma Perdamaian komplek Tugu Muda Kota Semarang itu sengaja dilakukan dalam acara Silaturahim Kebangsaan (Rahim Bangsa) sebagai keresahan akademisi se-Jawa Tengah, yang menghadapi realitas kekinian.
Baca Juga:
Baca juga: Merayakan Kebinekaan Dengan Bahasa dan Sastra
“Saat ini menunjukkan bahwa prasangka, kebencian, fitnah, intoleransi, dan kekerasan sungguh mengancam kebinekaan dan demokrasi kita,” kata juru bicara Rahim Bangsa, Abdulloh Ibnu Tolkah, Selasa, 14 Maret 2017.
Tolkah menyebutkan dasar pemikiran acara itu sebagai semangat hidup bersama di atas perbedaan dan semangat kebangsaan, yang mendasari para pendiri bangsa ini membangun Indonesia menghadapi tantangan.
Menurut dia, menguatnya politik identitas, yang mengedepankan kepentingan kelompok dan golongan, serta minimnya ruang-ruang perjumpaan, yang memungkinkan dialog antarkelompok berbeda, membuat bangsa ini tersekat-sekat.
“Pada gilirannya, ikatan persaudaraan dan solidaritas anak bangsa terancam,” kata Tolkah.
Keberadaan perguruan tinggi yang dinilai sebagai kelompok intelektual memiliki tanggung jawab moral dan peran strategis dalam menyikapi persoalan kebangsaan tersebut dengan menyuarakan pandangan moderat dan mengambil langkah kongkret guna menghidupkan semangat kebangsaan.
Dalam forum itu juga akan membuat poros gerakan pengguliran hasil diskusi Dosen Muda (Dosmud) UIN Walisongo kepada forum Diskusi Guru Besar di lingkungan UIN Walisongo.
Forum itu diberi nama Rahim Bangsa sebagai Silaturahim Bangsa, yang menjadi ajang curah pendapat dalam konteks menjaga kesatuan bangsa di tengah keragaman bangsa Indonesia.
Simak juga: Cegah Perpecahan, Brebes Kumpulkan Tokoh Lintas Agama
Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr Muhibbin menyatakan forum Rahim Bangsa yang bersifat internal itu sebagai awal dari forum-forum kebangsaan selanjutnya. Rencananya forum akan diikuti seluruh perguruan tinggi di Jawa Tengah.
“Masih banyak keragaman konsepsi yang perlu didiskusikan lebih lanjut tentang cara menghadapi dan memperkuat jati diri sebagai seorang muslim yang moderat,” kata Muhibin.
Rencananya, forum itu ditutup dengan penandatangan petisi bertajuk Jadikan Perguruan Tinggi Sebagai Pusat Pembelajaran Kebangsaan.
EDI FAISOL