TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan wacana mengkaitkan paham Wahabi dengan terorisme sudah tidak relevan karena radikalisme tidak melulu terkait dengan aspek agama.
"Ada analisis lama yang menurut saya tidak relevan, yang mencoba mencari pembenaran teologis bahwa akar terorisme dan radikalisme adalah Wahabisme," kata Mu'ti di Jakarta, Rabu, 1 Maret 2017.
Karena itu, Mu'ti berharap masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan paham Wahabi yang kerap lekat dengan Arab Saudi. Terlebih, saat ini, Raja Arab Saudi Salam bin Abdulaziz al-Saud sedang berkunjung ke Indonesia. "Ini penting karena ada tuduhan yang mengaitkan antara aksi terorisme, Salafisme, dan Wahabisme," kata dia.
Baca juga:
Foto Salaman dengan Raja Salman Jadi Viral, Ini Kata Ahok
Selain Ormas Islam, Raja Salman Juga Temui Tokoh Lintas Iman
Menurut dia, terdapat banyak faktor yang menyebabkan radikalisme dan terorisme muncul. Faktor-faktor itu sangat luas dan tidak hanya terkait dengan teologi, tapi juga faktor sosial, politik, ekonomi, dan lainnya.
Faktor di luar aspek teologi, kata dia, justru menjadi unsur terkuat memunculkan radikalisme dan terorisme. Misalnya, faktor ketimpangan ekonomi serta kemiskinan yang dapat membuat orang terdesak sehingga mau melakukan berbagai upaya, termasuk tindakan radikal.
"Justru faktor non-teologis atau di luar agama, yaitu faktor sosial, politik, dan ekonomi, justru itu punya pengaruh besar yang mendorong seseorang atau kelompok menjadi radikal," ujarnya.
ANTARA