TEMPO.CO, Depok - Direktur Wahid Foundation Zanuba Arifah Chafsoh memprediksi informasi bohong, isu suku, agama, dan ras antargolongan akan makin kencang berembus di pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua. Hoax dan data bohong di media sosial bakal terus digoreng sebagai momen menjatuhkan masing-masing pasangan calon.
"Isu di pilkada putaran kedua akan semakin kencang. Akan lebih banyak hoax, provokasi di media sosial, dan data palsu beredar," kata Yenny Wahid, sapaan Zanuba, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, Kamis, 16 Februari 2017.
Baca: Analisis Politik: Putaran Kedua Pilkada DKI, Ini Kuncinya
Ia menuturkan pada pilkada putaran pertama terbukti warga Indonesia masih mempunyai kekuatan. Pemilih tidak termakan isu sentimen agama. Soalnya, isu tersebut yang paling kuat digoreng di pilkada Jakarta.
Hasil kinerja calon gubernur inkumben, Basuki Tjahaja Purnama, bisa membuktikan itu. "Orang masih memberikan ruang untuk isu kinerja. Isu kinerja diwakili Basuki."
Menurut dia, isu agama yang terus dimainkan para buzzer tidak menjadi prioritas, bahkan juga isu primordialitas dan kesukuan. Primordial, kesukuan, dan agama tidak terlalu dilirik pemilih. "Orang melihatnya kinerja. Isu agama bukan prioritas," ujarnya.
Namun, dari survei Wahid Fundation, isu agama dan primordial bakal sangat berpengaruh pada pemilihan presiden. Pilpres sangat sensitif pada isu agama dan etnis tertentu. "Ini sikap masyarakat," ujarnya.
Namun, untuk jabatan menteri ke bawah, seperti gubernur, bupati, dan wali kota, yang paling dilihat adalah kinerja calon. "Makin ke bawah makin membuka ruang bukan cuma faktor agama, orang nonmuslim juga bisa. Yang dilihat faktor kinerja."
IMAM HAMDI
Simak juga: Adik Tiri & Suap Pejabat Pajak, Jokowi: Diproses Hukum Saja