TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Tri Mudjiharto, mengatakan potensi cuaca buruk di perairan Samudera Hindia yang masuk wilayah daerah setempat berlangsung hingga pertengahan bulan ini. Karena itu, pihaknya memberi peringatan kepada nelayan agar berhenti melaut untuk sementara waktu.
"Gelombang tinggi perlu diwaspadai di seluruh wilayah perairan," kata Tri saat dihubungi Tempo, Rabu, 1 Februari 2017.
Wilayah perairan itu berada di tujuh kecamatan, yakni Sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, Kebonagung, Pacitan, Pringkuku, dan Donorojo. Adapun panjang garis pantainya mencapai 70 kilometer dari ujung timur hingga barat kabupaten ini. Berdasarkan pemantauan petugas BPBD, Tri menjelaskan, angin kencang berpotensi mengakibatkan kecelakaan jika nelayan memaksa melaut.
Ia lantas mencontohkan dampak gelombang laut tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir. Sebuah kapal tongkang Syukur 2 dengan tugboat RT Galaxi terpaksa berlindung di Pantai Pancer Door, Kelurahan Sidoharjo, Pacitan, sejak Ahad, 29 Januari 2017.
"Sebenarnya sempat lego jangkar, tapi karena arus airnya deras akhirnya putus dan menepi di teluk Pacitan," ujar Tri.
Anggota Direktorat Kepolisian Perairan (Satpolair) Polda Jawa Timur di Pacitan, Brigadir Kepala Supadi, mengatakan kapal tongkang milik PT Syukur Jaya itu menempuh perjalanan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pacitan. Tujuannya, mengevakuasi dan mengangkut besi bangkai kapal tanker Alisa VII yang terdampar di Kalipelus, Kebonagung, beberapa bulan lalu.
"Sampai sekarang masih menunggu proses pemotongan besi. Tongkang sudah bergeser di dekat dermaga pelabuhan barang dan niaga (yang kini masih dalam proses pembangunan)," ujar Supadi.
Disinggung tentang korban dalam kecelakaan laut tersebut, ia menyatakan tidak ada. Seorang nakhoda dan sepuluh anak buah kapal dinyatakan selamat meski dua di antaranya sempat dinyatakan hilang.
NOFIKA DIAN NUGROHO