TEMPO.CO, Mataram - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat memperkirakan populasi Rusa Timor di wilayah itu yang hingga kini masih bertahan hidup di alam liar tinggal 900 ekor.
"Perkiraan kita jumlahnya sudah jauh berkurang. Boleh dikatakan sudah masuk hewan hampir punah," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat Widada di Mataram, Senin, 2 Januari 2017.
Dia mengakui, berkurangnya populasi Rusa Timor (Cervus timorensis) di wilayah itu, tidak terlepas dari aktivitas perburuan liar yang dilakukan masyarakat. Tidak itu saja, rusaknya lahan hutan yang merupakan habitat asli Rusa Timor juga ikut menjadi penyebab berkurangnya jumlah hewan yang di lindungi tersebut.
Di NTB sendiri, kata Widada, Rusa Timor yang masih bertahan hidup di alam liar hanya tersebar di beberapa wilayah, salah satunya Pulau Moyo. Di tempat ini jumlahnya tidak kurang dari 150 ekor, di kawasan Gunung Tambora diperkirakan masih tersisa sekitar 200 ekor. Sedangkan, di Pulau Lombok terutama di kawasan Gunung Rinjani sudah tidak diketahui jumlahnya.
Menurutnya, untuk mencegah terus berkurangnya populasi rusa yang hidup di alam liar, Balai KSDA kata Widada, sejak awal memberikan peluang kepada masyarakat untuk memelihara Rusa Timor dengan memberikan izin penangkaran.
"Pemberian izin penangkaran ini sebagai upaya kita mencegah Rusa Timor dari kepunahan," katanya.
Selain membuat penangkaran rusa, upaya lain yang dilakukan Balai KSDA NTB, yakni pengembangbiakan secara alamiah di lokasi Wisata Alam Gunung Tunak, Kabupaten Lombok Tengah.
"Total jumlah rusa yang ada di penangkaran mencapai 410 ekor dengan jumlah penangkar yang sudah mendapatkan izin resmi sebanyak 57 penangkaran," jelasnya.
Dengan adanya penangkaran tersebut, pihaknya berharap populasi Rusa Timor yang juga menjadi salah satu maskot Pemerintah Provinsi NTB tidak punah.
ANTARA
Baca juga:
11 Wanita Jadi Tersangka KPK Sepanjang 2016
Begini Cara Menteri Tjahjo Cegah Kebocoran Anggaran