TEMPO.CO, Bandung Barat - Jang Johana, 25 tahun, salah satu pria yang dideportasi dari Bandara Istanbul, Suriah, karena akan ikut berperang, selama ini dikenal sebagai anak yang baik di lingkungannya. "Saya juga bingung, kaget dengar anak saya terlibat jaringan teroris," kata Acih, 45 tahun, ibu kandung Jang Johana, kepada Tempo, Selasa, 27 Desember 2016.
Jang Johana tinggal bersama orangtuanya di Kampung Harjamandiri, Desa Tagog Apu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Ia bersama dua WNI lainnya, Irfan dan Tomi, dideportasi dari Bandara Istanbul, Suriah setelah diinterogasi Imigrasi setempat. Mereka tiba kembali di Indonesia pada Sabtu, 24 Desember 2016.
Saat pergi, Jang mengaku akan mengadu nasib ke Malaysia. Sejak April kemarin, Jang sudah tidak lagi bekerja di perusahaan mebel di Karawang. Acih kini menginginkan agar Jang segera pulang.
Sehari-hari, lanjut Acih, Jang Johana sering disebut oleh warga sekitar sebagai anak muda yang memiliki kepribadian baik. "Dia selalu bilang, kalau orang mau ini mau itu, biarin saja, enggak usah ngomongin orang. Dia sering dipuji karena membantu orang tua. saya juga enggak menyangka seperti ini," tuturnya.
Acih sampai saat ini tidak mengetahui siapa yang mengajak anaknya ke Suriah. Menurut dia, selama enam bulang menganggur, tidak pernah ada tamu atau orang asing yang datang ke rumah untuk menemui anak keduanya itu.
Bahkan, karena sulit sinyal di rumahnya, Jang Johana juga terbilang jarang menerima panggilan lewat ponselnya. Selain itu, saking seringnya di rumah, Jang Johana tidak pernah mengikuti pengajian atau perkumpulan apa pun. "Kalau pulang, saya mau dia kembali ke jalan yang benar," katanya.
PUTRA PRIMA PERDANA