TEMPO.CO, Tegal - Memburu klakson telolet bagi sebagian anak-anak yang tinggal di Jalur Pantura Brebes,Tegal, dan Pemalang, Jawa Tengah, sudah tidak asing lagi. Bahkan aktivitas itu sudah menjadi rutinitas dalam satu tahun terakhir ini.
Aktivitas memburu klakson telolet biasanya mereka lakukan malam hari pada akhir pekan. Dalam sepekan terakhir ini, intensitas berburu mereka semakin meningkat lantaran hari libur sekolah. Bahkan mereka rela begadang sampai tengah malam demi mendapatkan suara telolet yang maksimal.
"Biasanya sampai pukul 24.00 WIB. Kami cari yang paling bagus, biasanya busnya muncul jam-jam segitu," kata Wilianto Saputra, 13 tahun, kepada Tempo di Jalur Pantura Margadana, Kota Tegal, Kamis, 22 Desember 2016. Mereka pun memilih berburu telolet di malam hari lantaran suasananya lebih adem.
"Kalau siang panas, enak malam," kata dia.
Malam itu, dia bersama tujuh temannya memang sedang berburu suara telolet.
"Om Telolet Om" kata mereka serentak sambil menunjukkan sobekan kardua mie instan yang bertuliskan kalimat yang sama.
Tak lupa, mereka juga menodongkan kamera smartphone ke arah bus. Tapi sayang sopir bus tak merespons mereka.
"Ya ga apa-apa masih banyak bus lain," kata Panji Setiawan, 12 tahun, bocah yang masih duduk di kelas VI Sekolah Dasar itu.
Benar saja, tak lama berselang, bus yang dinantikan pun datang. Mereka kembali beraksi dan direspons sopir dengan suara klakson Telolet. Mereka pun tertawa kegirangan sambil mengucapkan terimakasih.
Panji dan teman-temannya mengaku memiliki ratusan koleksi video klakson telolet, yang sudah mereka rekam sejak 2015 lalu. Sebagian rekaman mereka unggah di media sosial seperti Facebook dan Youtube.
"Buat senang-senang aja sih," ujar dia.
Kendati hanya iseng saja, mereka hapal nama dan kapan bus-bus itu akan melewati pantura. Jika pagi hari, bus akan lewat dari arah Semarang menuju Jakarta. Sebaliknya, jika sore hari bus akan ramai dari arah Jakarta menuju Semarang. Jika malam bus didominasi dari arah Semarang menuju Jakarta.
Mereka pun punya kode etik sendiri, namanya Safety Hunting. Misalnya, saat merekam jaraknya minimal dua meter dari bahu jalan. Aturan itu harus dipenuhi, karena jika tidak akan membahayakan keselamatan mereka. Namun terkadang, masih ada saja beberapa dari mereka yang nekat mendekati jalan demi mendapatkan gambar yang maksimal.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ