TEMPO.CO, Bangkalan - Setelah mengantongi izin berlayar dari Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) Pelabuhan 'Sarimuna' Telaga Biru, Ali Imron, 34 tahun, meminta ABK menyalakan mesin kapal Sinar Mutiara, kapal kayu berbobot 50 grostone (GT) yang khusus mengangkut ternak.
Senin, 5 Desember 2016, kapal berangkat pukul 14.00 WIB dari pelabuhan khusus pengiriman ternak di Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Kapal bermuatan 140 ekor sapi, 700 ekor kambing, 25 ABK, dan pemilik ternak ini akan memulai perjalanan panjang selama 38 jam (satu hari dua malam) menuju Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Cuaca bagus, cuma agak mendung, tapi itu biasa," kata Imron, nahkoda kapal Sinar Mutiara kepada Tempo, Selasa, 6 Desember 2016.
Sejam pertama, pelayaran lancar tanpa kendala. Namun, saat sampai di perairan Ketapang, Kabupaten Sampang, cuaca mendadak ekstrem.
Angin tiba-tiba kencang disertai gelombang besar. Kapal terombang-ambing. Air mulai masuk ke dek paling bawah. ABK dan pemilik ternak bahu-membahu menguras air. Imron merasa, bila dipaksakan terus berlayar akan membahayakan. Dia pun putar kemudi hendak 'balik kucing' ke pelabuhan.
Namun sudah terlambat. Meski kapal berhasil balik arah, hantaman gelombang terus-menerus membuat lambung kapal cepat terisi air. Upaya menguras tak membuahkan hasil.
Semua awak dan pemilik ternak memilih berkumpul di kamar atas mengambil pelampung. Imron pun kembali ke ruang kemudi mencoba menstabilkan kapal yang memiliki lebar 10 meter dan panjang 75 meter tersebut.
"Tapi kapal malah miring ke kanan setelah lambung pecah karena tekanan air," ujar Imron.
Beruntung kapal ini dilengkapi dengan alat keselamatan, seperti jaket pelampung, rakit dari bambu, dan jeriken. Saat kapal miring, kata Imron, mereka masih sempat membuat rakit di dek atas.
"Saat kapal tenggelam semua, kami berpegangan pada rakit," tutur dia. Satu-satunya benda yang diselamatkan Imron adalah telepon satelit.
Rakit terbawa arus karena gelombang sangat besar. Selama di atas rakit, Imron mencoba menghubungi kapal terdekat. Namun tak ada satu pun yang merespons.
"Selama menunggu bantuan, kami berpegangan pada rakit, tanpa makan dan minum," ujarnya.
Harapan muncul Selasa pagi, saat upaya meminta bantuan lewat telepon satelit direspons sebuah kapal nelayan asal Lamongan. Pukul 8 pagi, kapal 'belimbing' menemukan mereka dan mengevakuasi seluruh korban ke kapal. Pukul 12.00 WIB kapal tiba di pelabuhan Telaga Biru. Mereka disambut haru para keluarga.
"Kami langsung pulangkan mereka untuk hilangkan trauma. Besok baru akan kami mintai keterangan," kata Syahbandar Pelabuhan Telaga Biru, Edi Kuswanto.
Edi memastikan tidak ada prosedur yang dilanggar kapal Sinar Mutiara. Beban muatan pun hanya 48 ton, sementara bobot kapal 50 GT. "Ini murni musibah, yang penting tidak ada korban jiwa," kata dia.
MUSTHOFA BISRI