TEMPO.CO, Bandung - Pada musim hujan seperti sekarang, kondisi Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat terisi penuh oleh air. Ketinggian airnya kini telah naik 20 sentimeter dari batas kapasitas penuh. Jika terus naik sehingga pintu limpasan (spillway) harus dibuka, airnya akan mengalir ke Waduk Jatiluhur dan menyebabkan banjir seperti kejadian pada 2010.
Manajer Sipil dan Lingkungan Unit Pembangkitan Saguling Haryanto menjelaskan, kondisi Waduk Saguling terkait dengan musim hujan seperti sekarang masih tergolong normal. Ketinggian air kini mencapai 643,20 meter di atas permukaan laut (mdpl) dari batas penuh 643 mdpl. “Sekarang, ketika hujan, trennya tiap 1 jam naik 1 sentimeter,” kata Haryanto, Ahad, 6 November 2016.
Sesuai dengan prosedur operasional standar, pintu limpasan air akan dibuka jika kenaikan mencapai 80 sentimeter. Saguling memiliki tiga pintu pembuangan limpasan. Daya tampung Waduk Saguling, menurut Haryanto, sebesar 875 juta kubik air.
Luberan air dari Waduk Saguling akan mengalir ke Waduk Cirata lewat Sungai Citarum, yang berjarak 2-3 kilometer. Limpasan tersebut, kata Haryanto, biasanya tidak menyebabkan banjir di sepanjang lintasan karena jarak kedua waduk tersebut relatif pendek. Walau begitu, PT Indonesia Power meminta masyarakat yang tinggal ataupun berkegiatan di sekitar bantaran Sungai Citarum waspada.
Jika limpasan terus mengalir ke Waduk Cirata, yang berkapasitas 1,2 miliar kubik air, dan luber juga, dampak limpasan berlanjut ke Waduk Jatiluhur. Pada 2010, kata Haryanto, air dari Waduk Jatiluhur pernah membuat daerah Karawang kebanjiran. “Selain curah hujan, sedimentasi dan tata kelola lingkungan di sekitar daerah waduk berpengaruh,” katanya.
ANWAR SISWADI