TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, mengatakan sekitar 7 persen anak muda Indonesia bersimpati terhadap gerakan radikal Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS. Sebanyak 58 orang mati dari sekitar 1.200 warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok tersebut.
"Saya rasa ada ancaman terhadap generasi muda untuk mencintai Indonesia, Pancasila sudah mengendor, dan ini kita perlu perkuat kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Said saat ditanya tujuan pengucapan sumpah setia dalam peringatan Hari Santri Nasional di Lapangan Monas, Jakarta, Sabtu, 22 Oktober 2016.
Said menegaskan Indonesia adalah negara santun, toleran, dan menghormati kebinekaan. Indonesia, kata dia, memiliki banyak budaya, suku, dan aliran yang beragam. "Beda dengan Timur Tengah yang entah kapan bisa selesai perang saudaranya," ujar dia.
Ia mengatakan di Irak sebanyak satu juta lebih tewas sejak 2002 karena perang. Di Suriah sudah 400 ribu warganya tewas karena perang. "Yaman sudah 50 ribu, Libya terus bergejolak, Somalia berantakan. Tapi Indonesia, berkat komitmen kita dengan kebinekaan, akan aman sampai hari kiamat," ujar dia.
Pesan kebinekaan diungkapkan Said dalam peringatan Hari Santri Nasional 2016. Sebanyak 50 ribu santri mengikuti acara peringatan ini di seluruh Indonesia. Peringatan di Lapangan Monas ini juga dihadiri Wakapolri Komisaris Jenderal Syarifuddin, Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, dan ribuan santri.
Syarifuddin juga menyoroti konflik sosial di negara-negara Timur Tengah yang terus terjadi tersebut dengan modus yang beragam dengan target tertentu. Indonesia yang banyak rumpun bangsa masih bisa bersatu meski masih terjadi singgungan-singgungan. "Persatuan kita masih bisa mengatasi konflik tersebut. Perbedaan ini untuk khazanah keindahan bangsa, bukan ancaman bangsa," kata dia.
ARKHELAUS W.