TEMPO.CO, Banjarmasin - Pembudi daya ikan keramba di Kelurahan Banua Anyar, Kota Banjarmasin, terancam merugi. Ini terjadi setelah perairan Sungai Martapura berubah wujud menjadi hijau tosca dan hijau kebiruan dalam seminggu terakhir.
Seorang pembudi daya ikan, Sofyan, menuturkan puluhan ekor ikan nila dan lele terkapar setelah menyembul ke permukaan air. “Sejak kemarin banyak yang mati ikannya,” ujarnya kepada Tempo di lokasi keramba, Rabu, 14 September 2016.
Adapun ikan jenis patin dan haruan cenderung tahan terhadap perubahan wujud air. Menurut Sofyan, pergantian warna air Sungai Martapura sebenarnya merupakan fenomena tahunan. Namun, sepanjang 2016, Sofyan mengakui durasi perubahan wujud Sungai Martapura lebih panjang ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Walhasil, ia buru-buru memanen ikan untuk mengantisipasi kerugian lebih banyak. Ia berharap, dalam beberapa hari ke depan, air Sungai Martapura kembali berwarna cokelat. “Saya panen lebih awal saja daripada mati semua,” ujarnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin Hamdi mengatakan perubahan warna air Sungai Martapura diakibatkan pencemaran limbah pupuk pertanian dan pemberian pakan ikan keramba yang berlebih. Hamdi mengakui perubahan wujud ini sudah menjadi fenomena tahunan. Tapi, kata dia, “Tahun ini lebih panjang sampai semingguan.”
Menurut Hamdi, aliran limbah dari kawasan hulu Sungai Martapura memicu turunnya kadar oksigen di perairan. Selain itu, kondisi ini mendorong pertumbuhan alga lebih banyak. Alga pun membutuhkan oksigen untuk membantu proses fotosintesis di dalam perairan. Itu sebabnya, kata Hamdi, ada perebutan kebutuhan oksigen di tengah menipisnya pasokan oksigen.
“Makanya, ikan muncul ke permukaan untuk mencari kandungan oksigen lebih banyak. Sebagian mati karena oksigen di dalam perairan menipis,” ujar Hamdi sambil menambahkan, “Ini berdampak negatif terhadap biota air.”
Ia memprediksi, dalam dua-tiga hari ke depan, warna air Sungai Martapura kembali normal menjadi keruh kecokelatan. Fisik warna air yang bening kehijauan, menurut Hamdi, memang cenderung menarik, tapi kualitasnya menurun. Meskipun terimbas limbah pertanian, ia menjamin air Sungai Martapura masih dalam batas aman untuk digunakan.
“Tingkat keasamannya (pH) 6,33, jadi masih aman karena pH dalam rentang 6-9. Kalau di bawah 6, artinya derajat keasamannya tinggi dan perlu perlakuan khusus untuk menaikkan pH,” katanya.
DIANANTA P. SUMEDI