TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kewarganegaraan ganda yang menimpa mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar dan anggota Paskibraka Gloria Hamel membuat DPR mempertimbangkan untuk merevisi UU Kewarganegaraan RI. Hal ini diakui oleh Ketua DPR Ade Komarudin saat dimintai tanggapan soal status Arcandra dan Gloria.
"Ini salah satu momentum (untuk revisi UU Kewarganegaraan). Memang ada beberapa UU yang belum pas momentumnya untuk dibahas, namun ada juga yang harus dibahas karena hukum itu kan tergantung perkembangan masyarakat," ujar Akom—demikian dia biasa disapa—saat dicegat awak media di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu, 17 Agustus 2016.
Sebagaimana diketahui, beberapa hari terakhir masalah kewarganegaraan Arcandra dan Gloria tengah menjadi sorotan. Kewarganegaraan Arcandra menjadi sorotan karena ia dilantik menjadi menteri saat masih berkewarganegaraan ganda, Amerika Serikat dan Indonesia. Sementara itu, Gloria menjadi sorotan karena nyaris dilantik menjadi Paskibraka HUT Ke-71 RI karena didapati memegang paspor Prancis.
Adapun revisi UU Kewarganegaraan sempat masuk ke Program Legislatif Nasional tahun lalu. Namun kemudian rencana itu hilang dalam prolegnas tahun ini tanpa alasan yang jelas.
Akom melanjutkan bahwa revisi yang ia bayangkan bukan ke arah pelonggaran aturan, namun memperjelas aturan-aturan yang multitafsir. Ia tidak ingin putra-putri bangsa yang berprestasi di luar malah kesulitan masuk ke Indonesia karena pemahaman yang berbeda-beda atas kewarganegaraan mereka.
Akom menjanjikan pembahasan revisi UU Kewarganegaraan bakal berlangsung dalam waktu dekat. Malah, jika tidak halangan, akan ada rapat konsultasi soal itu pada Kamis, 18 Agustus 2016, di DPR, sekitar pukul 10.00. "Intinya, prolegnas akan kita evaluasi. Mungkin ada UU yang belum pas bisa didrop dan yang penting dimasukkan," ujarnya.
Ditanyai apakah revisi itu akan didorong oleh DPR atau pemerintah, Akom menyatakan keduanya harus terlibat. "Pembuatan UU itu melibatkan kedua belah pihak, bisa DPR atau pemerintah inisiatifnya. DPR semangat, eksekutif tidak, ya enggak jalan juga. Sebaliknya juga enggak jalan," tutur Akom.
ISTMAN M.P.