TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang akan menerapkan full day school atau sekolah seharian menuai kontroversi. konsep tersebut dianggap akan membebani para siswa yang harus seharian di sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Muhadjir mengklaim jika konsep full day school tidak seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Menurut dia, program yang akan menyasar sekolah dasar dan menengah pertama tersebut justru akan membuat para siswa senang meskipun seharian ada di sekolah.
Berikut tiga alasan Menteri Muhadjir:
1. Tidak ada mata pelajaran
Menurut Muhadjir, full day school adalah pemberian jam tambahan. Tapi dalam jam tambahan tersebut tidak ada mata pelajaran yang bisa membuat para siswa bosan. Kegiatan yang dilakukan adalah ekstrakulikuler.
Kegiatan ekstrakulikuler tersebut akan merangkum hingga 18 karakter, seperti jujur, toleransi, disiplin, hingga cinta tanah air. Dengan kegiatan tersebut, dia mengatakan para siswa bisa dijauhkan dari pergaulan yang negatif.
2. Orang tua bisa jemput anak ke sekolah
Pertimbangan lain dari program full day school adalah masalah hubungan antara orang tua dan anak. Menurut Muhadjir, untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan, pada umumnya orang tua bekerja hingga pukul 5 sore. Dengan program tersebut, kata dia, orang tua bisa menjemput anak mereka di sekolah saat pulang kerja.
Sata ini, kata Muhadjir, siswa pulang dari sekolah pukul 1 siang, sementara orang tua baru pulang pukul 5 sore. "Antara jam 1 sampai jam 5 kita enggak tahu siapa yang bertanggung jawab pada anak, karena sekolah juga sudah melepas sementara keluarga juga belum ada," kata Muhadjir.
3. Membantu sertifikasi guru
Program full day school dianggap Muhadjir dapat membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar 24 jam per minggu sebagai syarat mendapatkan sertifikasi guru.
"Guru yang mencari tambahan jam belajar di sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam itu dari ini," katanya.
TIM TEMPO