TEMPO.CO, Bekasi - Orang tua sang anak, Sugita, serius mendengarkan penjelasan Direksi Rumah Sakit Karya Medika II di lantai 5 rumah sakit itu. "Kapok saya vaksin di RS swasta seperti ini," katanya di RS Karya Medika II, Tambun, Kabupaten Bekasi, Jumat, 15 Juli 2016.
Kedua anaknya lahir di rumah sakit ini. Anak pertamanya memang sudah lahir 7 tahun lalu, tapi anak keduanya baru berumur 1 tahun. Sejak anaknya lahir hingga saat ini, Sugita mengikuti saran dokter untuk memberikan vaksinasi dasar di rumah sakit itu. Sebanyak Rp 500-600 ribu per bulan dihabiskan untuk pemberian vaksin. "Saya tidak tahu kalau vaksin dasar itu ternyata gratis di puskesmas," kata Sugita. Si bungsu sudah 11 kali vaksinasi selama 12 bulan terakhir.
Sugita mengatakan pihak rumah sakit biasanya menawarinya vaksin dengan pilihan yang berdampak panas atau tidak untuk anaknya. "Untuk anak, tentu saya minta yang terbaik dan tidak menimbulkan panas," kata Sugita. Namun, ia tidak tahu apakah vaksin yang diberikan kepada putrinya, Felice Anindita Keshia Zahra, palsu atau tidak. Menurut dia, Felice tetap gampang sakit, seperti demam dan batuk, akhir-akhir ini.
Bersama Sugita, sekitar 30 orang tua pasien mendengarkan penjelasan Direksi RS Karya Medika II. Mereka terlihat tenang dan bertanya beberapa kali tentang tindakan selanjutnya atas kasus ini. Sugita dan orang tua pasien lain diminta mendaftar di posko vaksin serta mendata nomor kontak agar terus terpantau perkembangannya.
Di antara para orang tua, tidak ada yang mengamuk. Namun sekitar 10 orang petugas polisi tetap berjaga di lobi dan di lantai lima ruang konferensi pers demi menjamin keamanan.
Direktur Rumah Sakit Karya Medika II Tambun Dominggus M. Efruan mengatakan pihaknya akan bertanggung jawab atas penggunaan vaksin palsu tersebut. "Kami akan bertanggung jawab dengan melakukan vaksinasi ulang sesuai dengan petunjuk dan secara gratis," kata Dominggus dalam konferensi pers.
MITRA TARIGAN