Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

Editor

Zed abidien

image-gnews
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia berunjuk menentang kenikan BBM di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/3). TEMPO/Prima Mulia
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia berunjuk menentang kenikan BBM di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/3). TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Achmad Munjid, menyebut, orang yang marah-marah dalam beragama itu miskin imajinasi. Achmad diundang berbicara dalam tadarus kebudayaan bertajuk Maiyah Badar di halaman UPT kampus itu, Senin malam, 20 Juni 2016.

Pengajian kultural ini dilakukan sebagai bagian dari gerakan menolak penyebaran ide-ide khilafah yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia. Selain Achmad, pembicara di pengajian mirip maiyahan Cak Nun itu menghadirkan Rektor Institut Seni Indonesia Agus Burhan, seniman Ong Hari Wahyu, Kurator seni Kuss Indarto, dan Lurah Panggungharjo, Sewon, Bantul.

Kegiatan dibuka oleh Pembantu Rektor III ISI Yogyakarta, Anusapati. Ada musik gamelan dari komunitas seni Gunungkidul.

Baca: Lukman: Hina Sahabat Rasul Apa Menistakan Agama?

Menurut Achmad, miskin imajinasi dalam beragama mendorong agama ditarik menjadi alat legitimasi politik. Miskin imajinasi bisa ditemukan dalam Islam di Arab Saudi.

Sejumlah kalangan di Saudi Arabia menghancurkan makam-makam tokoh Islam. "Kalau agama ditarik sebagai alat legitimasi politik, orang-orang miskin hanya jadi penonton," tutur Achmad.

Supaya agama tidak ditarik untuk alat legitimasi politik, agama seharusnya berfungsi sebagai kritik sosial. Ini sudah dilakukan misalnya oleh nabi umat muslim, Nabi Muhammad, dan tokoh sentral umat Kristiani, Yesus, yang melakukan pengorbanan. Mereka adalah kritikus dan pembawa pesan moral yang tajam.

Tadarus kebudayaan di bawah sinar bulan purnama itu baru kali pertama digelar setelah aksi menolak HTI di lingkungan kampus ISI. Acara ini akan dilaksanakan rutin setiap bulan untuk menguatkan silaturahmi. Penyelenggara berharap, pengajian bisa menangkal ide-ide khilafah, seperti yang dicita-citakan HTI.

Khilafah bicara soal dakwah, syariah, dan ukhuwah. Ide-ide ini dianggap tak cocok dengan Indonesia yang menghargai keberagaman. Di ISI, ide khilafah dianggap mengancam kreativitas dan kebebasan berekspresi di ruang-ruang akademik.

Baca: Santri Se-Jawa dan Madura Bahas ISIS dan Foto Selfie 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anusapati menekankan pentingnya kebebasan berpikir dan berpendapat yang dilindungi konstitusi. Hal itu perlu dipertahankan di lingkungan kampus. "ISI adalah kampus yang menekankan kreativitas," ucap Anusapati.

Agus Burhan menyatakan kesenian dan dimensi keagamaan merupakan komponen kebudayaan yang besar. Pendidikan kesenian tidak hanya bergulat soal kreativitas, tapi juga bertanggung jawab secara moral. "Dimensi religi ada pada sisi moral itu," tutur Agus.

Sebelumnya, juru bicara HTI pusat, Muhammad Ismail Yusanto, mengatakan organisasinya tidak menghambat seni di kampus-kampus, di antaranya Institut Seni Indonesia Yogyakarta. "Tapi, seharusnya, seni dikendalikan norma agama," kata Ismail ketika dihubungi, Jumat, 18 Juni 2016.

Ismail berkomentar atas gerakan penolakan HTI masuk kampus ISI Yogyakarta oleh mahasiswa, alumni, dosen, dan masyarakat sekitar kampus itu. Penolakan terjadi karena gerakan yang mengusung khilafah itu masuk ke ruang akademik.

Sejumlah dosen, yang diduga berafiliasi dengan HTI, tidak mau mengajar materi seni rupa yang berhubungan dengan tubuh manusia, misalnya tidak boleh menggambar tubuh manusia. Selain itu, mereka menggelar kajian tentang khilafah di Masjid Al-Mukhtar, ISI.

Ismail membantah HTI bertentangan dengan Pancasila. Khilafah yang dimaksud dalam gerakan itu berisi syariah, ukhuwah, dan dakwah. Menurut dia, HTI merupakan ormas Islam yang bergerak secara terbuka di kampus-kampus.

Di Yogyakarta, HTI juga menyebarkan ide-ide khilafah di Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Gadjah Mada.

Ismail meminta ada yang membuktikan HTI bertolak belakang dengan dasar negara Indonesia. "Ini upaya membungkam dakwah Islam dengan topeng bertentangan dengan Pancasila," ujarnya.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

9 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

13 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

33 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

38 hari lalu

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

39 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

41 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

46 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

49 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

54 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

57 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.