TEMPO.CO, Subang - Banjir bandang yang menerjang Desa Sukakerti, Kecamatan Cisalak, Subang, Jawa Barat, meninggalkan duka mendalam bagi Upi. Warga Kelurahan Soklat itu harus kehilangan anak sulungnya, Rizal, yang terseret banjir bandang Sungai Ciponali.
Upi hampir saja kehilangan seorang anaknya yang lain, Angga. Namun beruntung, nyawa anak bungsunya yang baru berusia 3,5 tahun itu selamat. Ia ditemukan tersangkut di rumpun bambu tak jauh dari lokasi desa yang telah luluh lantak itu.
Upi masih terlihat lemas dan matanya sembab. Dia tampak menggendong Angga yang tertidur pulas dengan kain sarung yang dibelitkan pada bagian leher dan pinggangnya, di ruang rawat inap Puskesmas, Cisalak, Senin, 23 Mei 2016.
Perempuan 40 tahun itu tampak tak bisa memaafkan dirinya karena harus kehilangan anak sulung. Dia berkisah, selama ini kedua anaknya dititipkan pada orang tuanya, Anen, 55 tahun, dan Uu, 51 tahun, di Desa Sukakerti.
Sampai akhirnya pada Minggu malam, 22 Mei 2016, sekitar pukul 21.00, banjir bandang menerjang desa yang didiami kedua orang tuanya itu.
Anen dan Uu selamat dari peristiwa banjir bandang yang menggemparkan itu, meski babak belur karena mengalami luka berat dan harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit Ciereng dan Puskesmas Cisalak.
Namun, Rizal dan Angga, kedua cucunya hanyut terseret luapan banjir. Belakangan, jasad Rizal ditemukan di Sungai Cipunagara, tepatnya di Desa Bantar Waru, tapal batas Subang dan Indramayu, berpuluh-puluh kilometer dari lokasi kejadian.
Meninggalnya Rizal, menggenapkan jumlah korban meninggal akibat banjir bandang tersebut menjadi enam orang dan tujuh lainnya mengalami luka berat dan ringan.
Namun, di tengah-tengah kisah pilu itu, terbetik kabar yang menggembirakan. Angga yang diketahui juga ikut hilang terseret banjir bandang tersebut, ditemukan selamat. "Ia ditemukan nyangkut di rumpun bambu dan hanya mengalami luka ringan," kata Upi.
Dia pun tak lupa mengucap syukur. "Alhamdulillah, satu dari dua anak kami masih diselamatkan oleh Allah," ujar Upi sambil menyeka air mata yang meleleh di pipinya. Ia pun berjanji akan merawat Angga yang sekarang jadi anak semata sayangnya itu. "Saya janji."
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengatakan penanganan darurat banjir bandang terus dilakukan hingga 29 Mei 2016. Fokus utama selama masa tanggap darurat adalah penyelamatan korban, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, dan perbaikan darurat dari dampak banjir bandang.
Adapun nama-nama korban yang meninggal dalam peristiwa itu adalah Parni, 50 tahun, Eni (45), Nabilah (7), Musa (55), Mae (17), dan Rizal (10). Lima orang korban luka berat adalah Amen (55), Raza (14 bulan), Makmur (47), dan 2 orang masih pendataan. Sebanyak 388 jiwa kini mengungsi.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan belum terbentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Subang menyebabkan penanganan darurat dilakukan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kabupaten yang tidak memiliki fungsi koordinasi, komando, dan pelaksana seperti yang dimiliki BPBD.
"Untuk penanganan darurat, BPBD Provinsi Jawa Barat dibantu oleh TNI, POLRI, Basarnas, Tagana, PMI, dan warga melakukan proses evakuasi dan pencarian korban hilang," kata Sutopo dalam rilis yang dikeluarkan hari ini.
Sutopo mengatakan potensi hujan ekstrem masih tinggi sehingga banjir dan longsor masih mengancam banyak wilayah di Indonesia. Apalagi tahun ini diperkirakan La Nina menguat sehingga berpotensi terjadi kemarau basah, di mana selama musim kemarau masih banyak hujan.
NANANG SUTISNA | DESTRIANITA | JH