TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan biaya pendidikan kedokteran di Indonesia saat ini semakin mahal. Tulus khawatir kondisi ini akan berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat umum Indonesia.
"Biaya pendidikan kedokteran di swasta saat ini kan 300-400 jutaan rupiah," kata Tulus dalam diskusi bertajuk “Darurat (Pendidikan) Profesi Kedokteran” di gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Mei 2016.
Tingginya biaya pendidikan, kata Tulus, juga menyebabkan hanya calon mahasiswa berduit yang bisa menempuh pendidikan kedokteran. Ia khawatir para dokter nantinya akan bekerja hanya untuk “melunasi” biaya pendidikan yang sudah mereka keluarkan sebelumnya.
"Biaya jasa dokter dan pelayanan kesehatan akan semakin mahal karena tingginya biaya pendidikan kedokteran di Indonesia," tuturnya.
Tulus pun meminta pendidikan kedokteran tidak dikomersialkan. Ia meminta pemerintah mengembalikan “arwah” dokter sebagai agen humanisme altruistik. "Bukan dokter sebagai agen ekonomi, komersialisasi profesi dokter, ataupun komersialisasi pelayanan kesehatan," ucapnya.
Tulus juga meminta para dokter tidak menjadi agen perusahaan farmasi, yang memperdagangkan obat-obatan. Obat-obatan ini, menurut dia, menjadi persoalan tersendiri. Bahkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) belum bisa menyelesaikan masalah ini. "Pasien sering masih harus membayar obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS," katanya.
PRADITYO ADI | NUNUY