TEMPO.CO, Blitar – Perintah Presiden Joko Widodo untuk melacak lokasi kuburan massal pembantaian 1965 mendapat apresiasi eks-PKI di Blitar Selatan. Mereka siap menunjukkan tempat-tempat yang menjadi lokasi pembantaian sekaligus kuburan massal oleh militer.
Salah satunya Sukiman, bekas aktivis Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi seni yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia di Blitar Selatan. Menurut dia, ada tiga titik lokasi pembantaian sekaligus kuburan massal di Blitar Selatan yang menyimpan ratusan rangka manusia. “Saya bisa menunjukkan tempatnya,”kata Sukiman kepada Tempo, Kamis 28 April 2016.
Baca: Luhut Minta LSM Bantu Cari Kuburan Massal Korban 1965
Seniman yang kini berprofesi sebagai petani di Kabupaten Blitar ini mengungkapkan tiga titik lokasi kuburan massal yang dia ketahui. Lokasi pertama berada di Desa Kembangan, Kecamatan Lodoyo yang menjadi tempat pembantaian anggota PKI yang ditahan tentara. Mereka dikirim ke tempat itu menggunakan truk untuk dihabisi dan dikubur sekalian. Selanjutnya bekas urukan tanah itu dilindas dengan truk untuk menyamarkan menjadi jalan biasa.
Lokasi kedua berada di Dukuh Sidorejo, Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto. Lokasi yang berada di kaki bukit ini menjadi tempat penembakan massal anggota TNI kepada orang-orang yang dicurigai terlibat PKI. Dengan tangan diikat, mereka diminta berdiri berjajar untuk dieksekusi dengan senapan. “Salah satu korban ada yang masih hidup dengan peluru di kaki. Dia berpura-pura mati di rendaman darah teman-temannya,”kata Sukiman.
Sedangkan lokasi terakhir berada di Dukuh Bokolan, Desa Lorejo, Kecamatan Bakung yang berupa goa bawah tanah. Warga yang menyebutnya sebagai luweng tikus bersaksi ada seratus lebih kerangka manusia di dalamnya. Mereka dieksekusi dengan cara dipukul dan diterjunkan ke dalam luweng sedalam puluhan meter di tengah hutan.
Menurut Sukiman, seorang peneliti dari Jakarta pernah melakukan pengambilan gambar di dalam luweng dan menemukan tulang belulang manusia.
Baca: Inilah Kisah Nani, Ditangkap Usai Nyanyi di Ultah PKI
Dia berharap instruksi Presiden Joko Widodo untuk melacak keberadaan lokasi kuburan massal ini ditanggapi serius oleh pihak terkait. Hal ini akan membuktikan adanya lokasi-lokasi tersebut yang selama ini kerap dikaburkan.
Terpisah Ketua Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Blitar Imron Rosadi menyayangkan instruksi Presiden tersebut. Sebab pelacakan kembali keberadaan kuburan massal itu justru akan menimbulkan persoalan baru. “Ini seperti membuka babak baru polemik PKI,” katanya.
Baca: TNI Menolak Penguakan Sejarah 1965? Ini Kata Agus Widjojo
Karena itu dia meminta kepada semua pihak untuk mengembalikan persoalan ini ke ranah hukum. Masing-masing pihak diminta menyampaikan bukti dan fakta di persidangan untuk membuktikan kebenaran sejarah secara konkrit. Sehingga masing-masing pihak tidak akan saling mengklaim.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo memerintahkan Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan melacak lokasi keberadaan kuburan massal. Instruksi ini dikeluarkan usai pelaksanaan simposium nasional tragedi 1965.
HARI TRI WASONO