TEMPO.CO, Banda Aceh - Staf Khusus Menteri Pariwisata Dwisuryo Indroyono Soesilo mengatakan ada tiga kebijakan penting yang perlu diimplementasikan secara bersama-sama untuk meningkatkan kunjungan wisata, khususnya tamu yang masuk via jalur laut di Indonesia. Hal itu juga diterapkan di Sabang.
“Tiga kebijakan baru adalah bebas visa, dipermudahnya izin masuk yacht, dan kemudahan bagi kapal-kapal pesiar," kata Dwisuryo saat membuka secara resmi Sabang Marine Festival II 2016 di Kota Sabang, Selasa, 26 April 2016.
Menurut dia, pemerintah telah membebaskan visa masuk bagi 169 negara, di mana wisatawan bisa langsung masuk ke Indonesia. Kemudian, izin masuk kapal-kapal layar (yacht) dipermudah.
Yacht yang akan masuk ke Sabang hanya perlu izin dari Karantina, Imigrasi, Bea dan Cukai, serta Syahbandar (QCIP). “Pelayanan QICP untuk di Sabang, kurang dari 2 jam sudah selesai. Begitu juga dengan kemudahan masuknya kapal pesiar (cruise)," ujar Dwisuryo, menjelaskan.
Dengan kebijakan tersebut, ia berharap dapat meningkatkan angka kunjungan wisata ke Indonesia, khususnya Sabang, untuk membangkitkan kembali kejayaan Sabang masa lalu.
Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) Fauzi Husin mengatakan tujuan kegiatan Sabang Marine Festival adalah mempromosikan wisata bahari kepada wisatawan mancanegara, khususnya kepada para komunitas yacht dunia.
Kegiatan ini sangat efektif dalam mempromosikan potensi wisata yang ada di Sabang ini. Jika melihat dari pelaksanaan Sabang Marine Festival tahun lalu, pada tahun ini peserta yang hadir naik secara signifikan. "Tahun lalu ada sekitar 7-8 yacht, tahun ini 16 yacht, dan masih ada juga yang masih dalam perjalanan. Antusiasme mereka tinggi mengikuti kegiatan ini," kata Fauzi.
Sebanyak 16 kapal yacht yang ikut di Sabang Marine Festival adalah Morning Star (Amerika Serikat), Mariposa (Jerman), Bernacle C (Inggris), Thorfinn (Australia), Swift (Inggris), Jenain (Afrika Selatan), Aku Ankka (Amerika Serikat), SY Spailpin (Malaysia), ZOA (Australia), Calypso (Afrika Selatan), Dream Dancer (Australia), EN Pointe (Amerika Serikat), Cest Le Vent (Malaysia), Storm (Inggris), SY MANTA (Inggris), dan SY Shadowfax (Amerika Serikat).
ADI WARSIDI