TEMPO.CO, Karawang - Dengan nafas tersengal-sengal, Acih, terbaring lemas di kamar nomor 110, ruangan Telukjambe, Rumah Sakit Umum Daerah, Kabupaten Karawang. Sudah empat tahun, perutnya membesar. Terlihat urat-urat hijau menonjol di perut nenek berusia 55 tahun itu.
Marji, menantu Acih mengatakan, berat badan nenek berusia 55 tahun itu bertambah hampir tiga kali lipat. "Bobot awalnya Berat normal Wacih sekitar 45 kilogram karena penyakitnya itu saat ini beratnya hampir 120 kilo," kata dia.
Sejak tahun 2013, Acih menghabiskan hari-harinya di atas kasur. Karena sulit berjalan, dia harus dibopong kemana-mana. "Bahkan untuk buang air pun, harus ditemani," kata Marji.
Acih, diduga mengidap asites, suatu kondisi medis yang ditandai dengan penumpukan cairan di rongga perut. Karena keterbatasan ekonomi, keluarga tidak menangani penyakit acih. Sejak 2013 ia tidak menjalani perawatan lanjutan.
"Untuk biaya pengobatan, harus punya uang Rp 5 juta. Jangankan uang segitu, seratus ribu saja saya tidak punya," kata Acih kepada Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana.
Cellica, yang berlatar belakang seorang dokter itu menengok Acih di RSUD Karawang. Selama kurang lebih 20 menit, ia memeriksa keadaan Acih.
Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha itu, ada dua faktor utama yang dapat menyebabkan asites, yakni rendahnya kadar albumin dalam darah dan hipertensi portal.
"Penyebab asites paling sering adalah sirosis hati. Awalnya kita sangka Acih terkena sirosis hepatis (sirosis hati). Setelah diperiksa secara fisik, gejalanya sama dengan sirosis hepatitis, perutnya membesar dan hipertensi portal," ungkap Cellica.
Cellica menyatakan, biasanya, hipertensi portal, mengarah pada peningkatan tekanan di dalam cabang pembuluh darah vena porta yang melalui hati. Darah yang tidak dapat mengalir melalui hati karena terjadi peningkatan tekanan akhirnya akan bocor ke rongga perut dan menyebabkan asites.
"Namun, itu baru diagnosis awal. Tim dokter harus melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui apakah penyakit yang sebenarnya," kata Cellica.
Mempunyai latar belakang dokter, Cellica memgaku pernah menemukan kasus serupa pada seorang pasien. "Saya pernah menemukan pasien serupa. Penumpukan cairan di rongga perut belum tentu diakibatkan oleh sirosis hepatis. Ada kemungkinan disebabkan kista ovari, atau penyakit lainnya," ungkap Cellica.
Sementara itu, Irwin, dokter yang menangani Acih sudah mengambil cairan dari dalam perut Acih. "Ternyata setelah diuji sampel, cairan di dalam perut Acih adalah darah. Sehingga jadi dasar pemeriksaan selanjutnya," kata dia.
Mendengar pemaparan dokter, Cellica berpesan supaya segera dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap pasien Acih. "Tentunya harus ada pemeriksaan penunjang sebagai diagnosis sebenarnya. Entah USG, radiologi atau patologi anatomi," kata dia.
Cellica mengaku iba terhadap keadaan Acih. Saat ditanyai Cellica, Acih menjawab dengan terbata-bata. Nafasnya pendek-pendek seperti sedang sesak. Acih pun menolak ketika ditawari makan oleh Cellica. "Sudah kenyang bu, terimakasih," jawab Acih.
"Pasien pasti selalu merasa kenyang bu, katena usus dan lambungnya tertekan oleh cairan di perut," kata Yuska Yasin, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, yang ikut mengunjungi pasien.
Kepada Cellica, Acih menghaturkan terima kasih. Ia nampak gembira, saat Cellica memastikan, Pemerintah Kabupaten Karawang akan mengawal perawatan Acih sampai sembuh. "Terimakasih Ibu, Alhamdulillahirobbil alamin," kata Acih saat berpelukan dengan Cellica.
Acih tinggal di tempat terpencil. Bersama seorang cucu dan suaminya, Acih tinggal di sebuah rumah sederhana di tengah hutan Kampung Cikeruh, Desa Kutanegara, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang.
Karena kemiskinan dia dan suaminya hanya menjadi petani penggarap kebun kecil. Di kampung yang berpenghuni 30 rumah tersebut, Acih hanya memiliki tiga tetangga di tengah bukit.
"Kondisi jalan yang rusak memberatkan keluarga untuk membawa Acih ke rumah sakit. Itulah yang menjadi sebab penyakitnya tidak tertangani sejak dini," kata Yuska, yang ikut menjemput Acih ke RSUD Karawang.
HISYAM LUTHFIANA