TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Anang Iskandar mengatakan tak ada yang berbeda dari gaya kepemimpinannya, dibanding dengan saat menjabat di Badan Nasional Narkotika (BNN). Hanya saja, sistem pertanggungjawabannya berbeda.
"Kalau di BNN, saya bertanggung jawab langsung ke Presiden. Kalau di Bareskrim ke Kapolri," kata dia kepada Tempo di rumahnya, Ahad, 14 Februari 2016.
Di Bareskrim, Anang menggelar coffee morning setiap Rabu serta forum analisa dan evaluasi setiap Selasa untuk para penyidik. Agendanya, penyampaian sejumlah informasi dari penyidik dan perencanaan sepekan ke depan. Situasi diatur tak begitu formal.
Anang menceritakan selain untuk membahas informasi, coffee break tersebut digelar untuk mendekatkannya dengan anak buah. “Sifatnya diskusi ringan saja. Makan sambil cerita atau curhat,” ujar pria yang mengidolakan Haruki Murakami itu.
Kepada anak buahnya, Anang selalu menekankan profesionalisme penyidik. Menurut dia, tugasnya sebagai Kabareskrim yang paling penting adalah membangun sumber daya manusia. Alasannya, profesionalisme dan keberhasilan penyidik dapat menjadi tolok ukur kesuksesan kepemimpinannya.
Baca Juga:
Gaya kepemimpinan yang tenang membuatnya lebih dekat dengan anak buah. Ia berujar banyak mengadopsi gaya kepemimpinan Robert Kiyosaki, John Maxweel, dan beberapa perpaduan tokoh wayang Bima, Arjuna, serta Kuntadewa. “Saya pengen mengkombinasinya. Jadi raja yang bijaksana yang dicintai semua orang dan masuk surga,” ujarnya.
Soal tantangan, kata dia, bedanya hanya soal variasi dan kedalaman kasus. “Kalau di BNN, kasusnya satu tapi mendalam. Kalau di Bareskrim, variasi kasusnya banyak tapi melebar,” ujarnya. “
Soal kesibukan, Anang bertutur lebih sibuk menjadi Kabareskrim dibanding Kepala BNN. Meski demikian, ia menegaskan tak ada hambatan yang berarti. “Dua-duanya nggak pusing. Saya lahir di polisi, kalau sekarang dikasih jabatan polisi tapi masih pusing, berarti latihannya kurang,” tutur Anang.
DEWI SUCI RAHAYU