TEMPO.CO, Bandung - Jusuf Sjarif Badudu, 89 tahun, dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, Ahad, 13 Maret 2016. Dari rumah duka, almarhum disemayamkan dan disalatkan terlebih dahulu di Masjid Al Jihad, kampus Universitas Padjadjaran, Jalan Dipati Ukur, pukul 10.00 WIB. Keluarga kemudian menyerahkan jenazah J.S. Badudu ke pemerintah dan Tentara Nasional Indonesia untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
Guru bahasa Indonesia yang populer disebut J.S. Badudu itu, menurut tentara panitia prosesi, layak mendapat penghormatan terakhir secara militer karena pernah menerima Bintang Mahaputra Nararya pada 2001 dari pemerintah. Warga sipil yang berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan mengacu pada keputusan Menteri Sosial Nomor 05/Hukum Tahun 1996.
Sekitar seratus orang ikut salat jenazah secara bergantian, termasuk Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Sementara keluarga besarnya yang mayoritas Kristiani berkumpul di teras masjid. Setelah proses serah terima dari pihak keluarga ke negara, jenazah J.S. Badudu dalam peti diusung enam orang tentara berseragam loreng dengan baret hijau di bawah cuaca terik.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dadang Sunendar mengatakan sejarah pengabdian J.S. Badudu sudah banyak untuk Republik Indonesia. Khusus bagi lembaganya, J.S. Badudu ikut membantu dan bekerja sama untuk mengangkat derajat dan marwah bahasa Indonesia. “Bagi para guru, penggiat sastra Indonesia, semoga melanjutkan cita-cita beliau,” katanya.
J.S. Badudu, kelahiran Gorontalo, 19 Maret 1926, meninggal di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, pada Sabtu, 12 Maret 2016, pukul 22.10 WIB. Dua hari sebelum wafat, ia menjalani rawat inap di rumah sakit karena serangan stroke, penyakit yang dideritanya selama sepuluh tahun ini. J.S. Badudu meninggalkan 9 orang anak, 23 cucu, dan 2 cicit, adapun istrinya, Eva Henriette Alma Koroh, lebih dulu berpulang pada 16 Januari 2016, dalam usia 85 tahun. Mereka hidup bersama dalam ikatan pernikahan selama 62 tahun.
Sejak usia 15 tahun, J.S. Badudu merintis jalan hidupnya sebagai guru hingga pensiun di usia 80 tahun. Rutin mengisi acara Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI pada 1977-1979, dan 1985-1986, beberapa karya besar dari puluhan judul buku karyanya, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003), Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971), Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993), Kamus Peribahasa (2008), dan Membina Bahasa Indonesia Baku (1980).
ANWAR SISWADI